What's new

Indonesia Defence Forum

20161111246.jpg



Presiden Beri Arahan Kepada KopassusPresiden Joko Widodo (kanan) berdialog dengan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (tengah) dan KSAD Jenderal TNI Mulyono (kiri) sebelum memberikan arahan kepada Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Mako Cijantung, Jakarta, Kamis (10/11/2016). Dalam momentum Hari Pahlawan, Presiden memerintahkan kepada perwira dan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk menempatkan diri sebagai perekat kemajemukan dan menjaga persatuan Indonesia, serta menegaskan TNI hanya satu, yakni Tentara Nasional yang bisa berdiri tegak mempersatukan ras, suku, agama dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan serta terus menjaga Kebhinekaan. (ANTARA/Yudhi Mahatma)


20161111242.jpg



Presiden Beri Arahan Kepada KopassusPresiden Joko Widodo (kanan) berdialog dengan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (tengah), KSAD Jenderal TNI Mulyono (kedua kanan), Danjen Kopassus Mayjen TNI Madsuni (kiri) serta Mensesneg Pratikno (kedua kiri) seusai memberikan arahan kepada Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Mako Cijantung, Jakarta, Kamis (10/11/2016). Dalam momentum Hari Pahlawan, Presiden memerintahkan kepada perwira dan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk menempatkan diri sebagai perekat kemajemukan dan menjaga persatuan Indonesia, serta menegaskan TNI hanya satu, yakni Tentara Nasional yang bisa berdiri tegak mempersatukan ras, suku, agama dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan serta terus menjaga Kebhinekaan. (ANTARA /Yudhi Mahatma)


20161111243.jpg



Presiden Beri Arahan Kepada KopassusPresiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kedua kiri), Mensesneg Pratikno (kiri) menerima penjelasan tentang persenjataan Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dari perwira Kopassus Mayor Romadhoni (kanan) seusai memberikan arahan kepada di Mako Cijantung, Jakarta, Kamis (10/11/2016). Dalam momentum Hari Pahlawan, Presiden memerintahkan kepada perwira dan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk menempatkan diri sebagai perekat kemajemukan dan menjaga persatuan Indonesia, serta menegaskan TNI hanya satu, yakni Tentara Nasional yang bisa berdiri tegak mempersatukan ras, suku, agama dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan serta terus menjaga Kebhinekaan. (ANTARA /Yudhi Mahatma)


20161111244.jpg



Presiden Beri Arahan Kepada KopassusPresiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kedua kiri), KSAD Jenderal TNI Mulyono (kanan), Danjen Kopassus Mayjen TNI Madsuni (kiri) menyapa Prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) seusai memberikan arahan di Mako Cijantung, Jakarta, Kamis (10/11/2016). Dalam momentum Hari Pahlawan, Presiden memerintahkan kepada perwira dan prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus) untuk menempatkan diri sebagai perekat kemajemukan dan menjaga persatuan Indonesia, serta menegaskan TNI hanya satu, yakni Tentara Nasional yang bisa berdiri tegak mempersatukan ras, suku, agama dan mewujudkan cita-cita kemerdekaan serta terus menjaga Kebhinekaan. (ANTARA/Yudhi Mahatma/pd/16


2017, Army want to build Yon Arhanud in East Nusatenggara

http://www.suara.com/news/2016/11/1...-akan-bangun-artileri-pertahanan-udara-di-ntt
 
. .
Saya tahu mungkin viet dkk. membuat omong kosong atau apalah, tegurlah dengan sopan,dengan etika.
dan yang penting ga usah ngungkit2 kebaikan kita dulu. Risih, ga ingat apa yang di ungkit2 PM Abott dulu?
 
.
Saya tahu mungkin viet dkk. membuat omong kosong atau apalah, tegurlah dengan sopan,dengan etika.
dan yang penting ga usah ngungkit2 kebaikan kita dulu. Risih, ga ingat apa yang di ungkit2 PM Abott dulu?

well no need to use brainlah when confronting trolls, i had confronting him since 2 or 3 years ago. politeness is uselesse
 
.
Let them, any smart man can tell that what viet and others pro prc (opruh, umno kid, heck even in some degree many of the mods here) comment are racist, islamophobist and shallow......
For them, we are a threat, a big competitor for their country, so what they do reflect their fear and unsecure inferiority toward us.
 
.
Man I just can't..

I'm already so fed up with this shit, seriously. The ignorance and hypocrisies have rendered me speechless.

Sory if I can't provide any reinforcement you need.

I guess you need go to the rear for R&R...I'll be the fresh reinforcement and give it a try
 
.
Let them, any smart man can tell that what viet and others pro prc (opruh, umno kid, heck even in some degree many of the mods here) comment are racist, islamophobist and shallow......
For them, we are a threat, a big competitor for their country, so what they do reflect their fear and unsecure inferiority toward us.

Understood... I will just ignore them at another times...

Ps : can i have the lady number, the one at your avatar, hehe...
 
.
Saya tahu mungkin viet dkk. membuat omong kosong atau apalah, tegurlah dengan sopan,dengan etika.
dan yang penting ga usah ngungkit2 kebaikan kita dulu. Risih, ga ingat apa yang di ungkit2 PM Abott dulu?

You came a little late, brother.. ethic and politeness is no use anymore especially with the the Troll gang.. Yes, it's always the same trolls, they bend on bad-mouthing and insulting Indonesia whenever they have the chance no matter what. Funny is sometimes they fight each other (Viet vs PRC trolls) but sometimes they are happily lick each other's @$$ against us. LOL :D

We only need NOT to be overly emotional and be dragged down to their level.
 
Last edited:
.
Air Platforms
DCNS proposes corvette, frigate designs for Indonesian Navy requirements
Ridzwan Rahmat, Jakarta - IHS Jane's Defence Weekly
11 November 201
6

Key points:
  • DCNS has proposed two surface vessel designs for ongoing requirements in Indonesia
  • Proposals come with offers to transfer technology and technical know-how to local industry
p1651693.jpg

A model of the Gowind 2500 frigate on display at Indo Defence 2016. DCNS is offering the design for Indonesia's two possible follow-on frigates to its SIGMA 10514 platforms. (IHS/Ridzwan Rahmat)

DCNS is positioning its OPV 90 and Gowind 2500 designs for the Indonesian Navy's (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Laut, or TNI-AL's) requirements for two 80 m offshore patrol vessels (OPVs) and two possible follow-on frigates to the SIGMA 10514 platforms, respectively.

Speaking to IHS Jane's at the Indo Defence 2016 exhibition in Jakarta, DCNS officials confirmed that the shipbuilder will be participating in these competitions. Formal tenders for the projects are largely expected to be issued in 2017.

To read the full article, Client Login

(106 of 432 words)

what happen to our PKR10514 plan? only 2 ship only? and then try another brand?
still confused
 
.
what happen to our PKR10514 plan? only 2 ship only? and then try another brand?
still confused

no lah, it just Dcns trying to bid their luck into our next programme, Pkr still will be continued albeit i am suspected it will be a larger ships than before
 
.
CHILL OUT guys dont feed trolls

no lah, it just Dcns trying to bid their luck into our next programme, Pkr still will be continued albeit i am suspected it will be a larger ships than before

mado did you know about medium sam progress?
 
.
no lah, it just Dcns trying to bid their luck into our next programme, Pkr still will be continued albeit i am suspected it will be a larger ships than before
3rd 4th 5th PKR10514... Any clue madoka?
iver confirm?or still can change? Stonge contender?
 
.
Letjen (Pur) Sjafrie Sjamsoeddin: Pasukan Khusus Itu Tidak Eceran, Tidak Juga Grosiran

November 12, 2016

Menjalani pengabdian di TNI hingga meraih pangkat jenderal bintang tiga dan jabatan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemhan) tahun 2005 berlanjut sebagai Wakil Menhan (2010), melengkapi proses pembentukan karakter diri perwira Kopassus kelahiran Makassar, 30 Oktober 1952 ini.

Bagi Letjen (Pur) Sjafrie Sjamsoeddin, karakter seorang pemimpin adalah faktor penting bagi seorang perwira. Dalam pemahamannya, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang instan. Kepemimpinan itu sebuah proses panjang melalui tiga jalur yang perlu dilewati secara berimbang.

Pertama, melalui pendidikan dan latihan; kedua, melalui kesempatan berinteraksi dalam berbagai jenis pengabdian mulai dari teknis, taktis, administrasi sampai strategis; ketiga, pengembangan diri.

“Itulah yang mengasah kepemimpian kita. Selama menjalani itu, akan timbul residu yang saya sebut adrenalin. Adrenalin itulah yang melekat pada diri kita. Adrenalin inilah yang menjadi semacam ‘kamus berjalan’, yang akan keluar pada saat kita menghadapi berbagai situasi. Itulah tolok ukur kepemimpinan yang saya pahami dan jalani selama ini,” beber Sjafrie panjang lebar.

Mantan Pangdam Jaya (1997-1998) ini mengaku sejak tidak lagi di Kemhan, melakukan update capacity di sekolah NATO di Jerman. Ia juga aktif bersama perwira senior dari mancanegara dalam forum diskusi di Tiongkok dan Taiwan. “Saya network mereka, setiap tahun. Untuk NATO saya sendiri, di Taiwan ada perwira lain dari Indonesia, namun di Singapura dan Tiongkok saya sendiri. Itu undangan personal,” jelas Sjafrie.

Kakak kandung Marsda (Pur) Maroef Sjamsoeddin yang pernah mengikuti pendidikan pasukan khusus di Fort Benning dan Fort Bragg di Amerika serta di markas SASR Australia di Swanbourne ini menerima Beny Adrian, Fery Setiawan, dan fotografer Julius Rendy di kediamannya pertengahan September lalu. Berikut petikannya.

Katanya Anda baru kembali dari Taiwan menghadiri forum ilmiah soal Laut Tiongkok Selatan (LCS). Apa hasil dari forum itu?

Agresivitas Tiongkok di LCS hanya untuk membangun kekuatan dan menunjukkan eksistensi mereka secara historis, politik, militer, dan teknologi. Itu saja.

Bukankah China memperlihatkan sikap ofensif?

Tidak, nggak ngapa-ngapain. Itu strategi defensif aktif bukan ofensif aktif. Mereka bilang jangan diganggu. Kalau saya diganggu akan saya balas, dan balas lagi. Jadi yang ada hanya peredaan tegangan saja. Kalau Tiongkok menyatakan LCS punya mereka, itu betul. Mereka punya klaim historis, politik, militer, dan teknologi terhadap LCS. Mereka punya paper yang judulnya China Military Strategic Prospective in East South China Sea Situation. Mereka membesarkan angkatan bersenjata sudah pasti untuk menyaingi AS, namun tidak ofensif. Dalam arti jangan diganggu dan AS juga tidak mau ganggu. Garis logistik dari Amerika ke LCS sangat panjang dan pasti akan merepotkan Amerika. Sebuah keniscayaan bahwa tidak akan ada konflik terbuka. Tiongkok sangat all out demi national dignity.

Dalam pertemuan yang saya hadiri itu mereka ingin mengatakan inilah Tiongkok sekarang dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologinya. Sikap Tiongkok terhadap Taiwan juga tetap One China Policy. Taiwan dan Tiongkok itu kan ibarat semut dan gajah. Intinya mereka bilang, jangan ganggu kami.


Tantangan prajurit TNI sekarang berbeda dengan yang Anda alami. Katakanlah bobot operasionalnya sudah kecil. Apakah ini akan mempengaruhi pribadi mereka sebagai prajurit, karena tidak melalui tiga jalur yang perlu dilewati secara berimbang seperti tadi Anda sampaikan?

Tantangan setiap generasi berbeda. Di dalam teori Revolution in Military Affairs (RMA) dijelaskan bahwa setiap dekade memiliki tantangan tersendiri. RMA dekade yang lalu bobot teknologinya rendah, namun bobot operasionalnya tinggi. RMA sekarang, bobot teknologi meningkat namun bobot operasional menurun sejalan menurunnya konflik, sejalan berubahnya metode perang dari simetrik ke asimetrik.

Disinilah letaknya, bagaimana pengguna kekuatan dan pembina kekuatan TNI harus mencarikan “mainan” untuk tentara. Latihan ada, pendidikan ada, operasional harus dicarikan. Operasional adalah bagaimana kita mencarikan ruang agar kemampuan operasional prajurit terpelihara. Insurjensi sudah menurun drastis. Aceh dan Timtim sudah selesai. Jadi yang harus diasah sekarang, bagaimana intelektualisasi taktis dalam menghadapi insurjensi dalam bentuk lain.

Insurjensi dalam bentuk lain itu begini. Aceh mesti sudah damai, tetap harus diwaspadai. Dimanapun insurjensi, tidak pernah menghabiskan sampai orang terakhir. Pasti ada benih insurjensi. Disinilah peran intelijen untuk mengasah kemampuannya. Di Papua, insurjensinya mengarah ke politik, landscape ancamannya bukan bersenjata tapi politik, sehingga kita harus mengadakan diversifikasi profesionalistas intelijen. Namanya intelijen taktis. Bisa saja di dalamnya ada bobot penggunaan kekuatan tempur, tapi tidak kekuatan konvensional seperti tank melainkan kemampuan profesional prajurit.

Dengan kata lain, intelektualisasi profesionalitas militer jadi meningkat tantangannya. Kalau generasi saya tidak terlalu penting mempelajari teknolog informasi, tetapi pada saat ini di dalamnya ada teknologi. Militer Indonesia harus dilengkapi kemampuan perang informasi. Perang ini serupa tapi tidak sama dengan operasi tempur yang mematikan. Perang informasi melumpuhkan pemikiran. Bukan hidup atau mati.

Jadi tantangan militer sekarang justru meningkat. Karena tidak cukup militansi dan intelektualisasi taktis saja, tapi harus intelektualisasi teknologi dalam menghadapi perang asimetrik. Perang asimetrik sangat luas, borderless.


Apakah TNI sudah mengaplikasikannya?

Di TNI sekarang ada unit cyber. Perang asimetrik membutuhkan biaya tinggi dan kualitas SDM. Harus dicari benih-benih prajurit yang mampu melaksanakan perang asimetrik. Saya tidak mengalami perang asimetrik. Namun saat sudah di Mabes, itu terjadi dan kita praktikkan di Aceh saat Darurat Militer. Waktu itu operasi intelijen, tempur, teritorial, dan informasi jalan bareng.

Nah, sekarang soal pasukan khusus, di mana Anda dulu berada. Bagaimana Anda melihat kasus penyanderaan WNI di Filipina baru lalu yang melibatkan PPRC Kostrad. Kenapa tidak pasukan khusus yang sudah diwadahi dalam Koopsusgab TNI?

Kembalikan saja ke parameternya, karena ada pembagian kewenangan. Pengerahan kekuatan militer adalah fungsi Pemerintah dalam hal ini presiden. Penggunaan kekuatan dan bagaimana cara menggunakannya, itu fungsi panglima. Bagaimana militer disiapkan, itu fungsi kepala staf angkatan. Itu formula.

Sekarang kita lihat, apakah penggunaan kekuatan militer itu untuk melaksanakan operasi khusus atau sekadar deterrent guna mendukung diplomasi. Kalau menggunakan kekuatan TNI dalam rangka operasi khusus, tentu yang berperan pasukan khusus. Tapi kalau disebut penggunaan Kostrad sebagai kompartemen strategis, dia kan tidak bisa nyebrang, kekuatannya konvensional. Menggerakan pasukan yang besar jauh lebih susah dibanding pasukan kecil dengan kemampuan khusus. Tinggal kita lihat jenis operasinya: mendukung diplomasi atau ingin menjalankan sendiri.

Kalau mendukung diplomasi, namanya standby force, mainnya di perbatasan. Mungkin di dalamnya ada pasukan khusus. Itu bisa terjadi. Ini merupakan pilihan yang ada di panglima dan tidak berlawanan dengan hukum dan doktrin. Dia kan belum menjalanakannya dan itu bisa bagian dari strategi militer. Strategi militer itu kan hidup.

Berbeda dengan kasus Woyla dan Mapenduma. Jelas kita melakukan operasi militer di negara orang atas izin negara bersangkutan dengan batasan yang ditentukan. Atau kita melaksanakan operasi khusus terhadap sasaran terpilih berkategori strategis di wilayah nasional kita. Tapi kalau di Filipina, yang kita lihat kan diplomasi. Strategi militer dalam mendukung diplomasi. Kecuali menggunakan PPRC untuk menyeberang keluar wilayah nasional, itu boleh dipertanyakan. PPRC dipakai di wilayah nasional untuk menghadapi trouble spot.


http://angkasa.co.id/info/militer/l...-khusus-itu-tidak-eceran-tidak-juga-grosiran/
 
. .
.
Back
Top Bottom