What's new

Indonesia Defence Forum

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200225/98/1205657/damenbidik-pesanan-kapal-militer

Duwi Setiya Ariyanti
- Bisnis.com25 Februari 2020 | 21:11 WIB
DrULD0QU8AApGiV.jpg
Bisnis.com, JAKARTA--PT Damen Schelde Indonesia membidik pesanan kapal militer pada 2020 untuk mengerek pendapatan.

Presiden Direktur PT Damen Schelde Indonesia, Gysbert Boersma mengatakan segmen kapal angkatan laut masih menjanjikan di Tanah Air. Beberapa pertimbangannya yakni kebutuhan kapal militer yang masih tinggi seiring dengan naiknya anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang dialokasikan untuk Kementerian Pertahanan.

Baca juga: Belanja Alutsista : Jokowi Ingatkan Prabowo Agar Tidak Ada Mark Up Anggaran


Tercatat, dari data APBN 2020, belanja Kementerian Pertahanan menyentuh Rp131,2 triliun atau naik Rp21,6 triliun dibandingkan dengan APBN 2019. Anggaran tersebut pun menjadi yang paling tinggi bila dibandingkan dengan kementerian lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menyentuh Rp120,2 triliun.

Sementara itu, proyek pembuatan kapal perang bernilai sekira US$300 juta hingga US$400 juta yang tergantung pada fitur dan teknologi yang digunakan.

Baca juga: Pacu Industri Pertahanan, BM Impor Alutsista Dibebaskan


Di sisi lain, dia menyebut perusahaan telah memiliki rekam jejak pembuatan kapal yang melibatkan mitra lokal, produk dengan sistem pengoperasian efisien serta penyelesaian yang tepat waktu dan sesuai bujet. Dia berharap pada 2020 pemesanan kapal jenis PKR 3 dan 4 serta Omega Destroyer bisa berlanjut tahun ini. Sejak 2003, pihaknya telah menggarap proyek pembuatan kapal seperti Diponegoro, PKR 1 dan 2.

“Pada segmen kapal militer angkatan laut, Damen berharap untuk melanjutkan pengerjaan seri PKR pada 2020. Selain itu, kapal militer angkatan laut yang lebih besar seperti Omega Destroyer yang akan dibuat melalui kerja sama dengan industri lokal,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.

Dia menyebutkan kerja sama dengan mitra lokal bakal diperluas sehingga perusahaan mampu menggarap lebih banyak pemesanan baru. Beberapa perusahaan yang saat ini bekerja sama yakni PT PAL, PT Len Industri dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk untuk memproduksi kapal PKR.

Sementara itu, dia menyebut kerja sama dengan pemain industri lokal lainnya masih dijajaki seperti dengan beberapa perusahaan seperti PT Krakatau Steel Tbk. untuk menyuplai baja dan PT Pindad untuk melakukan transfer teknologi.

“Pada pembuatan kapal perang Damen akan melibatkan industri Indonesia seperti Krakatau Steel untuk menyuplai baja dan PT Pindad untuk menerima transfer teknologi,” katanya.

Dari kerja sama tersebut, Gysbert menyebut pesanan kapal yang diselesaikan tak hanya dari dalam negeri melainkan pasar internasional. Model itu telah berlaku di pabrik di Vietnam yang telah memproduksi dan mengirim 300 kapal.

Menurutnya, potensi pada 2020 juga berasal dari pasar segmen lain seperti pelabuhan dan terminal yang mungkin berasal dari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dan industri pertambangan. Dia menilai pasar di Tanah Air masih bakal tumbuh karena faktor ekonomi dan geografisnya.

Sebagai gambaran, pada 2019 perusahaan menghasilkan pendapatan sebesar 2 miliar euro dengan 28% di antaranya berasal dari Asia-Pasifik. Adapun, Indonesia menyumbang sekira 25% dari pendapatan yang dikumpulkan area Asia-Pasifik.

Saat ini, dia berujar segmen komersial dan militer cukup imbang. Kendati demikian, dia menilai tantangan pertumbuhan pasar berikutnya sangat mengandalkan regulasi yang harus sejajar dengan negara di kawasan Asia Tenggara.

“Terkait dengan kapal-kapal yang telah terkirim, kami memiliki komposisi yang imbang antara pasar komersial dan militer. Tantangan utama untuk tumbuh yakni regulasi yang sama dengan negara di kawasan Asia Tenggara,” katanya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
let the royal rumble begins , lets see what Odense and DCNS will do for retaliation .
 
Last edited:
.
Turkish base tech is not much different from us, considering they are inheritor of ottoman and got Independence since the end of WW I, their achievement in technology is not much, even South Korean is more matured. Talking about their close relationship with Germany and NATO member in the past....
Sebagai orang yg nonton dikejauhan cuma bisa berangggapan dua-duanya ga ada yg pantas dibela... :cheesy:

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200225/98/1205657/damenbidik-pesanan-kapal-militer

Duwi Setiya Ariyanti
- Bisnis.com25 Februari 2020 | 21:11 WIB
DrULD0QU8AApGiV.jpg
Bisnis.com, JAKARTA--PT Damen Schelde Indonesia membidik pesanan kapal militer pada 2020 untuk mengerek pendapatan.

Presiden Direktur PT Damen Schelde Indonesia, Gysbert Boersma mengatakan segmen kapal angkatan laut masih menjanjikan di Tanah Air. Beberapa pertimbangannya yakni kebutuhan kapal militer yang masih tinggi seiring dengan naiknya anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang dialokasikan untuk Kementerian Pertahanan.

Baca juga: Belanja Alutsista : Jokowi Ingatkan Prabowo Agar Tidak Ada Mark Up Anggaran


Tercatat, dari data APBN 2020, belanja Kementerian Pertahanan menyentuh Rp131,2 triliun atau naik Rp21,6 triliun dibandingkan dengan APBN 2019. Anggaran tersebut pun menjadi yang paling tinggi bila dibandingkan dengan kementerian lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang menyentuh Rp120,2 triliun.

Sementara itu, proyek pembuatan kapal perang bernilai sekira US$300 juta hingga US$400 juta yang tergantung pada fitur dan teknologi yang digunakan.

Baca juga: Pacu Industri Pertahanan, BM Impor Alutsista Dibebaskan


Di sisi lain, dia menyebut perusahaan telah memiliki rekam jejak pembuatan kapal yang melibatkan mitra lokal, produk dengan sistem pengoperasian efisien serta penyelesaian yang tepat waktu dan sesuai bujet. Dia berharap pada 2020 pemesanan kapal jenis PKR 3 dan 4 serta Omega Destroyer bisa berlanjut tahun ini. Sejak 2003, pihaknya telah menggarap proyek pembuatan kapal seperti Diponegoro, PKR 1 dan 2.

“Pada segmen kapal militer angkatan laut, Damen berharap untuk melanjutkan pengerjaan seri PKR pada 2020. Selain itu, kapal militer angkatan laut yang lebih besar seperti Omega Destroyer yang akan dibuat melalui kerja sama dengan industri lokal,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.

Dia menyebutkan kerja sama dengan mitra lokal bakal diperluas sehingga perusahaan mampu menggarap lebih banyak pemesanan baru. Beberapa perusahaan yang saat ini bekerja sama yakni PT PAL, PT Len Industri dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk untuk memproduksi kapal PKR.

Sementara itu, dia menyebut kerja sama dengan pemain industri lokal lainnya masih dijajaki seperti dengan beberapa perusahaan seperti PT Krakatau Steel Tbk. untuk menyuplai baja dan PT Pindad untuk melakukan transfer teknologi.

“Pada pembuatan kapal perang Damen akan melibatkan industri Indonesia seperti Krakatau Steel untuk menyuplai baja dan PT Pindad untuk menerima transfer teknologi,” katanya.

Dari kerja sama tersebut, Gysbert menyebut pesanan kapal yang diselesaikan tak hanya dari dalam negeri melainkan pasar internasional. Model itu telah berlaku di pabrik di Vietnam yang telah memproduksi dan mengirim 300 kapal.

Menurutnya, potensi pada 2020 juga berasal dari pasar segmen lain seperti pelabuhan dan terminal yang mungkin berasal dari PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) dan industri pertambangan. Dia menilai pasar di Tanah Air masih bakal tumbuh karena faktor ekonomi dan geografisnya.

Sebagai gambaran, pada 2019 perusahaan menghasilkan pendapatan sebesar 2 miliar euro dengan 28% di antaranya berasal dari Asia-Pasifik. Adapun, Indonesia menyumbang sekira 25% dari pendapatan yang dikumpulkan area Asia-Pasifik.

Saat ini, dia berujar segmen komersial dan militer cukup imbang. Kendati demikian, dia menilai tantangan pertumbuhan pasar berikutnya sangat mengandalkan regulasi yang harus sejajar dengan negara di kawasan Asia Tenggara.

“Terkait dengan kapal-kapal yang telah terkirim, kami memiliki komposisi yang imbang antara pasar komersial dan militer. Tantangan utama untuk tumbuh yakni regulasi yang sama dengan negara di kawasan Asia Tenggara,” katanya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
let the royal rumble begins , lets see what Odense and DCNS will do for retaliation .
Abou that Omega design, Do ISO container beside AShM launchers really necessary? Why don't just put another VLS there (make it total 36-48 vls), so it'll more competitive against Iver class?
 
.
Wamenhan Rapat Dengan Komisi I DPR RI Bahas Hibah Drone Scan Eagle UAV dan Upgrade Helikopter Bell 412 dari AS Untuk TNI AL
Rabu, 26 Februari 2020

JAKARTA
tmp_5515-IMG-20200226-WA0017-1-543496516.jpg
– Kementrian Pertahanan (Kemhan) akan mendapat hibah 14 drone ScanEagle dan upgrade (meningkatkan kemampuan) tiga unit Helikopter Bell 412 dari pemerintah Amerika Serikat (AS) guna memperkuat Alat utama sistem senjata (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).

“Kami hadir di Komisi I DPR ini untuk menyampaikan permohonan persetujuan penerimaan hibah 14 drone Scan Eagle UAV dan upgrade Helikopter Bell 412 dari pemerintah AS,” kata Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sakti Wahyu Trenggono saat Rapat Kerja dengan Komisi I DPR, Rabu (26/2).

Dijelaskannya, pemerintah AS sejak tahun 2014 sampai 2015 menawarkan program hibah (FMF) kepada TNI, atas dasar itu, maka pada tahun 2017 TNI AL mengambil program FMF Hibah tersebut berupa Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan upgrade helikopter Bell 412. Sesuai ketentuan dibentuklah tim pengkaji oleh Kemhan untuk melakukan penilaian apakah barang tersebut layak diterima dari aspek teknis, ekonomis, politis, dan strategis. Dari kajian tersebut Kemhan memutuskan untuk menerima program hibah dimaksud.

Drone ScanEagle memiliki nilai US$28,3 juta, dibutuhkan TNI AL utk meningkatkan kemampuan ISR maritim guna memperkuat pertahanan negara.

ScanEagle adalah bagian dari ScanEagle Unmanned Aircraft Systems, yang dikembangkan dan dibangun oleh Insitu Inc., anak perusahaan The Boeing Company. UAV didasarkan pada pesawat miniatur robot SeaScan Insitu yang dikembangkan untuk industri perikanan komersial.
Ads by Kiosked

Menurut laman Boeing, drone ScanEagle dapat beroperasi di atas 15.000 kaki (4.572 m) dan berkeliaran di medan perang untuk misi yang diperpanjang hingga 20 jam. Drone dengan bobot maksimum tempat pilot diizinkan untuk lepas landas atau maximum takeoff weight (MTOW) 22 kg ini, digerakkan mesin piston model pusher berdaya 15 hp.

Kecepatan terbang jelajah ScanEagle berada di kisaran 111 km/jam dan kecepatan maksimum 148 km/jam. Batas ketinggian terbang mencapai 5.950 m. ScanEagle sanggup berada di udara dengan lama terbang (endurance) lebih dari 24 jam.

ScanEagle akan digunakan untuk melaksanakan patroli maritim, integrasi ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian)

Sementara untuk upgrade peralatan Helikopter Bell 412 dengan nilai US$6,3 juta dibutuhkan TNI AL untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan meningkatkan kemampuan pertahanan negara.

tmp_5515-IMG-20200226-WA00151656466969.jpg
“Nantinya Drone ScanEagle ini akan digunakan oleh TNI AL untuk kepentingan khusus. Kita hanya keluar dana sekitar Rp10 miliar untuk mengintegrasikan dan memastikan keamanan data dari peralatan ini dengan Alutsista lainnya. Nanti PT LEN yang akan bertugas untuk integrasikan,” katanya.

Di kawasan Asia Tenggara-Pasifik, drone ScanEagle sudah digunakan oleh Angkatan Laut Singapura. Pengguna lainnya adalah AL dan Angkatan Darat Australia. Bahkan, ScanEagle milik Militer Australia telah teruji perang (battle proven) di Irak.

Menanggapi permintaan dari Kemhan, Komisi I DPR secara prinsip menyetujui keinginan dari Kemhan untuk mendapatkan hibah dari pemerintah AS. Namun, Komisi I mengingatkan Kemhan untuk mengedepankan kehati-hatian dan kerahasiaan data, serta tidak membebani APBN dalam setiap penerimaan hibah dari negara asing

https://www.kemhan.go.id/2020/02/26...-dan-upgrade-helikopter-bell-412-dari-as.html

Abou that Omega design, Do ISO container beside AShM launchers really necessary? Why don't just put another VLS there (make it total 36-48 vls), so it'll more competitive against Iver class?

https://www.navyrecognition.com/ind...18-damen-unveils-6000-tons-omega-frigate.html
Omega is actually set to be a new family or product line by Damen, that will come in addition to (and above) the famous Sigma product line. The main difference however is that there will be no "standard Omega lines": Omega designs will always be fully tailored to customer requirements.
 
.
PT PAL BIDIK PENDAPATAN RP2,3 TRILIUN
26 FEBRUARI 2020 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR


PT PAL Indonesia tahun ini menargetkan bisa menggarap sejumlah proyek pembangunan kapal dengan total revenue yang diharapkan mencapai Rp2,3 triliun.

Dilansir dari laman Bisnis (26/ 2/ 2020), Direktur Rekayasa Umum dan Pemeliharaan Perbaikan PAL Indonesia, Sutrisno mengatakan perseroan optimistis bisa mencapai target karena pihaknya sudah ada beberapa pembeli yang melakukan booking order.

“Target revenue kita Rp2,3 triliun, tapi book order yang sudah kami pegang hampir Rp8 triliun, jadi aman,” katanya seusai melakukan seremoni First Steel Cutting BMPP, Rabu (26/2/2020).

Dia menjelaskan sejumlah proyek yang sudah melakukan order tersebut di antaranya adalah proyek 2 unit kapal Bantu Rumah Sakit (BRS), lalu pesanan TNI AL berupa kapal Perusak Kawal Rudal atau Frigate dan 4 unit Kapal Cepat Rudal (KCR) 60, serta 3 unit kapal Barge Mounted Power Plant (BMPP) atau pembangkit listrik terapung pesanan PT Indonesia Power.

“Dan juga masih ada beberapa proyek kapal oil and gas lainnya,” imbuhnya.

Sutrisno menambahkan, ke depan PAL Indonesia semakin fokus untuk menggarap proyek-proyek pembangunan kapal untuk kebutuhan alutsista untuk mendukung kemandirian pertahanan, serta pembangunan infrastruktur energi dan tenaga listrik untuk mendukung program elektrifikasi nasional yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.

Photo: KRI RE Martadinnata – 331 (PAL)


Jakarta sure need more surface combatant to alleviate the pressure coming from up north, i think we should taking some second hand equipments and at the same time build new ones to increasing the number games. The same can be said for fighter number, we need to prop them up!!!
 
.
PT PAL BIDIK PENDAPATAN RP2,3 TRILIUN
26 FEBRUARI 2020 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR


PT PAL Indonesia tahun ini menargetkan bisa menggarap sejumlah proyek pembangunan kapal dengan total revenue yang diharapkan mencapai Rp2,3 triliun.

Dilansir dari laman Bisnis (26/ 2/ 2020), Direktur Rekayasa Umum dan Pemeliharaan Perbaikan PAL Indonesia, Sutrisno mengatakan perseroan optimistis bisa mencapai target karena pihaknya sudah ada beberapa pembeli yang melakukan booking order.

“Target revenue kita Rp2,3 triliun, tapi book order yang sudah kami pegang hampir Rp8 triliun, jadi aman,” katanya seusai melakukan seremoni First Steel Cutting BMPP, Rabu (26/2/2020).

Dia menjelaskan sejumlah proyek yang sudah melakukan order tersebut di antaranya adalah proyek 2 unit kapal Bantu Rumah Sakit (BRS), lalu pesanan TNI AL berupa kapal Perusak Kawal Rudal atau Frigate dan 4 unit Kapal Cepat Rudal (KCR) 60, serta 3 unit kapal Barge Mounted Power Plant (BMPP) atau pembangkit listrik terapung pesanan PT Indonesia Power.

“Dan juga masih ada beberapa proyek kapal oil and gas lainnya,” imbuhnya.

Sutrisno menambahkan, ke depan PAL Indonesia semakin fokus untuk menggarap proyek-proyek pembangunan kapal untuk kebutuhan alutsista untuk mendukung kemandirian pertahanan, serta pembangunan infrastruktur energi dan tenaga listrik untuk mendukung program elektrifikasi nasional yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.

Photo: KRI RE Martadinnata – 331 (PAL)


Jakarta sure need more surface combatant to alleviate the pressure coming from up north, i think we should taking some second hand equipments and at the same time build new ones to increasing the number games. The same can be said for fighter number, we need to prop them up!!!
Talk about ship....


How's Klewang doing?
 
.
Indonesia prepares AI strategy for defence
Jon Grevatt, Bangkok - Jane's Defence Industry
26 February 2020
Follow

RSS


Indonesia is preparing to introduce a national strategy to support capability development in technologies related to artificial intelligence (AI). The government said the new strategy will be intended to support sectors including the national defence industry.

Bambang Brodjonegoro, Indonesia’s minister of research and technology, said in comments published by the state-owned Antara news agency on 24 February that the AI strategy will be launched later this year. The strategy is being drawn up by the Agency for the Assessment and Application of Technology (BPPT), he said.

Brodjonegoro said the AI strategy will also incorporate policies to support local industries’ integration of technologies related to big data analytics and data sciences.

Want to read more? For analysis on this article and access to Jane’s unrivalled data and insight, learn more about our subscription options at janes.com/products
https://www.janes.com/article/94525/indonesia-prepares-ai-strategy-for-defence
 
.
Talking about modern warfare and hybrid type conflict in which involved high end armaments on land , air and naval warfare sounds so distant for Indonesia armed forces today, but there is no wrong to have adequate preparation and all of equipments but ended up not use them instead of severely lacking all of necessities when we are needed them the most.

Just an example

Syrian conflict teach us to always uphold the necessities to have strong Air forces to destroying enemy movements on land and uphold air superiority to made umbrella of protection for land and naval assets during conflict.

Btw, they are using T62/T55 as infantry support , kind of deployment our medium tank operator should be taken notes seriously. They are able to navigate their assets to handle high end spectrum of threat. They SAA and allies maybe one of the most richest in experiences on such tactics and manual deployment. Not even the turks can compared
 
.
$.$$$.$$$.$$$
The price that we need to pay to have a better position in 4d chess because of our military industrial capability is still lacking. Until we can be independent on alutsista we still need to balance the shit out of our policy and alutsista import.
US is more than willing to sell F16 or F18/F15 because its just F16/F18/F15, not only they will get money ID-US relationship will also get stronger and as bonus they can put a shackle on us. Stronger Indonesia also beneficial for them, US-ID have more common interest rather than conflict of interest.
The Russian hardware can loosen the shackle a bit.


Good decision to put F16 in Kupang, we can secure the area over there without making our neighbor there worried, because they already familiar with F16, and Its only for air to air and air to ground mission only and more importantly F16 combat radius without support won't treathen them lol.


You see, thats why not giving full tot is benefical for Damen, they still can get involved for potential future order of PKR.


For the hybrid conflict anything goes, AA gun / machine gun on truck, mlrs using dump truck, diy armored vehicle, air strike using commercial quadcopter dropping mortar, etc.
 
.
Indonesian soldiers bridge teacher shortage gap in Papua
26th Feb 2020 15:28

PhotoPictureResizer_200226_090135380-800x600.jpg

Jayapura, Papua (ANTARA) - Several members of the Indonesia-Papua New Guinea (PNG) Border Security Task Force extended voluntary assistance to teachers at 12 elementary schools in Sota, Neukenjerai, Eligobel, and Ulilin sub-districts, Merauke District, Papua Province, since July 2019.

They teach reading, writing, and mathematics to students, Commander of the task force at the Army Strategic Reserves Command's (Kostrad's) MR 411/PDW Infantry Battalion Major Rizky Aditya noted in a press statement made available to ANTARA here on Wednesday.

As a live example, the army personnel have been teaching the students of the Sota Christian Elementary School, one of the schools at the Indonesia-PNG border area, Aditya remarked, adding that his men were keen to fill the gap of teacher shortage there.

Major Sergeant Catur Budi Satriyo, a member of the Kout Sota Command Post, is one of the soldiers, who regularly teaches reading, writing, and mathematics at this Christian Educational Foundation (YPK)-owned school.

Edowardus Burman Tenjap, a fourth-grade student at this YPK's elementary school, expressed happiness and pride on being taught reading, writing, and mathematics by the soldiers. "Thank you for teaching us," he stated.

Julianus Noya, speaking on behalf of all teachers, also thanked the Indonesian army personnel for their assistance to their pupils over the past six months.

"This voluntary teaching program is immensely valuable to our students," Noya remarked.

The Indonesian army personnel do not merely fill the gap of teacher shortage but they also provide transportation services to the students.

The Raiders Battalion 300/Brajawijaya Command, for instance, sends its trucks to drive local students to their schools though owing to the limited number of these vehicles, the students are not able to avail transport services daily.

"We help the students get to schools in time. The schools are located at quite a distance if they are to be reached on foot," Commander of the Raiders Battalion 300/Brajawijaya Command Lt Col Ary Sutrisno remarked.

If the trucks are not available, the local students are required walk to their schools for some 15 kilometers, he pointed out.

Bastian, one of the students regularly taking the TNI truck, admitted to the transport service regularly provided by the TNI being immensely helpful, as it enabled him and his peers to reach schools on time.

EDITED BY INE

Related news: Papua's human development index rose 1.30 percent in 2019: BPS

Related news: Respect native Papuans' cultural norms, traditions: military officer

Translated by: Evarukdijati, Rahmad Nasution
Editor: Fardah Assegaf

https://en.antaranews.com/news/142218/indonesian-soldiers-bridge-teacher-shortage-gap-in-papua

Those lefty journos will not cover this kind of "propaganda "

EQiCHErU0AANy-0.jpeg
EQg_h--UYAAjIm3.jpeg
EQg_gzmU4AAByQc.jpeg
 
.
Yup. Correct. Embargoes are one thing in main consideration. As a useful choice from the opposite side. So let's play on the same field with both of them in the rivalry.
All of this maybe came from thingking that "do not put all your egg in one basket" so we diversify our source of alutsista.
But instead of continuing Su-27/30 we choose to get Su-35 that has no commonality with Su-27/30 (or maybe litle). Or can we just exchanged our Su-27/30 to become all Su-35? Just like Russia offer to Malaysia? Need more money of course

Best compromise is for us to obtain Rafales, Typhoon's, or Gripens. Literally anything that can at the very least Datalink to our existing infrastructure. The fact that the chiefs of staff of the armed forces has till not realize the value of Datalink/Battlefield Management/Networking in a 21st century battlescape is the prime sore in my line of work. Imagine trying to pitch something that goat herders in Afghanistan or rebels in Syria have been doing in a rudimentary sense and being brushed off because "sudah lah saya lebih berpengalaman, sya lebih tua jadi saya lebih tahu!".

I also wouldn't have minded us getting the Su-30SM over the Su-35. They would at least not have to require too many new parts and a completely new infrastructure to support.

The fact that the administration is dead set on getting the Su-35's even if it goes against local defense procurement ideologies, Air Force compatibility, foreign policy rationality (in regards to the Trump administration), and favors individuals and companies historically close to the administration leaves me to conclude this is going to be a corruption scandal waiting to explode in the next couple of years.
 
Last edited:
. .

Looks like a weekend warrior program from developed countries like UK, US and Australia

This is indeed much more bloody efficient compared to bela negara program of Ryamizard and can boost our second ranks soldier units in number when needed immediately compared to selected them from zero and training them from start
 
.
A step in the right direction honestly. We should look intro decreasing the amount of active soldiers and increasing the amount of reservists. This would honestly free up much needed funding for more defense projects such as reinvesting them back into training facilities, military scholarship programs, etc.
 
. . .
Back
Top Bottom