What's new

Indonesia Defence Forum

.
. .
Pandur 8X8, Medium Tank and so on

And for Navy, they had got their Submarine, LST, lpd, Kcr and several patrol boats. What is left is their Main surface combatant warship


For Air Force still left many contract like C130j, Canadair Viking patrol craft, CN212, and more helicopter.
finally they make decision for pandur, and we will operate 8x8 very soon
 
Last edited:
. . . . .
Kemenhan Pesan Tank dan Panser Cobra ke PT Pindad
REPORTER: AHMAD FIKRI (KONTRIBUTOR)
EDITOR: RAHMA TRI
JUMAT, 12 APRIL 2019 18:13 WIB
796213_720.jpg

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini berdiri di dalam panser Anoa seraya meneriakkan yel-yel kemerdekaan saat Parade Surabaya Juang di Surabaya, Ahad, 11 November 2018. Parade yang diikuti ribuan peserta itu untuk memperingati Hari Pahlawan. ANTARA/Didik Suhartono
TEMPO.CO, Bandung - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu baru saja meneken kontrak pembelian alutsista produksi PT Pindad, senilai US$ 215 juta. "Ini termasuk Medium Tank produk kerja sama PT Pindad dan FNSS Turki yang dinamai Tank Harimau. Kemudian kita buat sendiri. Kebetulan yang beri nama Harimau ini kita,” kata Ryamizard di kompleks PT Pindad, Bandung, Jumat, 12 April 2019.


Baca: PT Pindad Targetkan Laba Bersih Rp 145 Miliar Tahun Ini

Kementerian Pertahanan menyatakan memesan panser Cobra 8x8 untuk kavaleri, dan Tank Harimau 105 untuk infanteri kepada PT Pindad. “Itu bukti inovasi teknologi anak-anak bangsa dalam mendukung kebutuhan alutsista TNI Angkatan Darat,” kata Ryamizard.

Direktur Bisnis Dan Pertahanan Keamanan PT Pindad, Widjajanto mengatakan, nilai kontrak pengadaan panser Cobra yang dipersenjatai senjata berat kaliber 30 milimeter itu sebesar US$ 80 juta. Sementara nilai kontrak pengadaan Tank Harimau sebesar US$ 135 juta. “Cobra 8x8 dan Tank Harimau ini proses pengadaannya 3 tahun harus selesai semua,” kata dia.


Widjajanto mengatakan, dua kendaraan tempur itu ditargetkan rampung sekaligus. Namun, ia belum bisa memastikan jumlah masing-masing kendaraan tempur tersebut. “Estimasinya sekitar 18-20 unit totalnya. Tapi tergantung, semakin banyak yang diminta fitur senjatanya, akan semakin mahal,” kata dia.

Menurut Widjajanto, Tank Harimau tersebut nantinya diproduksi semua di Pindad. Tank tersebut tidak berbeda dengan tank yang diproduksi di Turki. “Ini join development. Sama-sama punya hak cipta untuk menjual. Cuma Pindad tidak bisa menjual ke Eropa, dan dia enggak bisa jual ke Asia. Ada pembagian wilayah, marketing boundary,” kata dia.

Baca juga: Senapan Sniper Buatan Pindad Diminati Negara Lain

Widjajanto mengatakan, kontrak pengadaan selebihnya dengan Kementerian Pertahanan untuk memenuhi pesanan amunisi senjata ringan dengan nilai kontrak tahun jamak seluruhnya Rp 448 miliar. “Amunisi itu kontrak reguler. Nilainya hampir setengah triliun rupiah, itu akhir tahun penyelesaiannya. Bagian dari multiyears kontrak yang berlangsung antara Kemenhan dan Pindad,” kata dia.

Berikut adalah rincian kontrak yang diteken Kementerian Pertahanan dengan Pindad. Yakni Ranpur Infantri US$ 82 juta, Rapuh Kavaleri US$ 135 juta , Jatri Infantri Rp 145,5 miliar, serta MKK Rp 185,499 miliar.

AHMAD FIKRI

https://bisnis.tempo.co/amp/1195158/kemenhan-pesan-tank-dan-panser-cobra-ke-pt-pindad
 
.
Kemenhan Pesan Tank dan Panser Cobra ke PT Pindad
REPORTER: AHMAD FIKRI (KONTRIBUTOR)
EDITOR: RAHMA TRI
JUMAT, 12 APRIL 2019 18:13 WIB
796213_720.jpg

Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini berdiri di dalam panser Anoa seraya meneriakkan yel-yel kemerdekaan saat Parade Surabaya Juang di Surabaya, Ahad, 11 November 2018. Parade yang diikuti ribuan peserta itu untuk memperingati Hari Pahlawan. ANTARA/Didik Suhartono
TEMPO.CO, Bandung - Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu baru saja meneken kontrak pembelian alutsista produksi PT Pindad, senilai US$ 215 juta. "Ini termasuk Medium Tank produk kerja sama PT Pindad dan FNSS Turki yang dinamai Tank Harimau. Kemudian kita buat sendiri. Kebetulan yang beri nama Harimau ini kita,” kata Ryamizard di kompleks PT Pindad, Bandung, Jumat, 12 April 2019.


Baca: PT Pindad Targetkan Laba Bersih Rp 145 Miliar Tahun Ini

Kementerian Pertahanan menyatakan memesan panser Cobra 8x8 untuk kavaleri, dan Tank Harimau 105 untuk infanteri kepada PT Pindad. “Itu bukti inovasi teknologi anak-anak bangsa dalam mendukung kebutuhan alutsista TNI Angkatan Darat,” kata Ryamizard.

Direktur Bisnis Dan Pertahanan Keamanan PT Pindad, Widjajanto mengatakan, nilai kontrak pengadaan panser Cobra yang dipersenjatai senjata berat kaliber 30 milimeter itu sebesar US$ 80 juta. Sementara nilai kontrak pengadaan Tank Harimau sebesar US$ 135 juta. “Cobra 8x8 dan Tank Harimau ini proses pengadaannya 3 tahun harus selesai semua,” kata dia.


Widjajanto mengatakan, dua kendaraan tempur itu ditargetkan rampung sekaligus. Namun, ia belum bisa memastikan jumlah masing-masing kendaraan tempur tersebut. “Estimasinya sekitar 18-20 unit totalnya. Tapi tergantung, semakin banyak yang diminta fitur senjatanya, akan semakin mahal,” kata dia.

Menurut Widjajanto, Tank Harimau tersebut nantinya diproduksi semua di Pindad. Tank tersebut tidak berbeda dengan tank yang diproduksi di Turki. “Ini join development. Sama-sama punya hak cipta untuk menjual. Cuma Pindad tidak bisa menjual ke Eropa, dan dia enggak bisa jual ke Asia. Ada pembagian wilayah, marketing boundary,” kata dia.

Baca juga: Senapan Sniper Buatan Pindad Diminati Negara Lain

Widjajanto mengatakan, kontrak pengadaan selebihnya dengan Kementerian Pertahanan untuk memenuhi pesanan amunisi senjata ringan dengan nilai kontrak tahun jamak seluruhnya Rp 448 miliar. “Amunisi itu kontrak reguler. Nilainya hampir setengah triliun rupiah, itu akhir tahun penyelesaiannya. Bagian dari multiyears kontrak yang berlangsung antara Kemenhan dan Pindad,” kata dia.

Berikut adalah rincian kontrak yang diteken Kementerian Pertahanan dengan Pindad. Yakni Ranpur Infantri US$ 82 juta, Rapuh Kavaleri US$ 135 juta , Jatri Infantri Rp 145,5 miliar, serta MKK Rp 185,499 miliar.

AHMAD FIKRI

https://bisnis.tempo.co/amp/1195158/kemenhan-pesan-tank-dan-panser-cobra-ke-pt-pindad
Cobra huh? Any Pindad-specific addition/upgrades?
 
.
Submarine exports to Indonesia

Wang Jung-hong ©, minister of South Korea's Defense Acquisition Program Administration (DAPA), poses for a photo with Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering officials, including its CEO Lee Sung-geun (4th from L), during a signing ceremony for a submarine contract between the South Korean shipbuilder and the Indonesian government in Bandung, West Java, on April 12, 2019, in this photo provided by DAPA. The US$1.02 billion contract is for the sale of three 1,400-ton submarines to Indonesia. (Yonhap)


https://m-en.yna.co.kr/view/PYH201904121452...n=image/general

PYH2019041214520034100_P4.jpg


With this deal we are the largest defense product customer for South Korean, six sub deal cost around 2 billion US dollar along with 420 million US dollar for T50 golden eagle, 85 million US dollar for LPD deal in the past, 72 million US dollar for KT1 wong bee, undisclosed price deal for Chiron manpads and so on and KFX IFX project.

I though there is more large scale investment project of South Korean in Indonesia in near future just like Lotte Chem days ago.
 
. .
Kemenhan Beli Helikopter PT Dirgantara Indonesia Seharga 237 M
REPORTER: AHMAD FIKRI (KONTRIBUTOR)
EDITOR: RR. ARIYANI YAKTI WIDYASTUTI
JUMAT, 12 APRIL 2019 19:24 WIB
481515_620.jpg

Helikopter hasil produksi PTDI jenis Combatan SAR pengembangan dari helikopter Super Puma, disimpan di PT Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, 11 Februari 2016. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Bandung - Kementerian Pertahanan hari ini menandatangani serangkaian kontrak pengadaan alat utama sistem pertahanan atau alutsista untuk kebutuhan TNI di kompleks PT Pindad. Salah satunya pembelian helikopter Super Puma NAS-332C1+ buatan PT Dirgantara Indonesia dengan nilai Rp 236,987 miliar.


Baca: PT DI Serahkan Pesanan Heli Pemburu Kapal Selam untuk TNI AL

“Penandatanganan kontrak ini merupakan komitmen PT Dirgantara Indonesia untuk dapat selalu memenuhi kebutuhan operasi serta tugas pokok dan fungsi TNI AU yang merupakan wujud dari peningkatan kemandirian industri pertahanan dalam negeri,” kata Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro, dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat, 12 April 2019.

Penandatanganan kontrak pembelian helikopter Super Puma tersebut dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Badan Sarana Pertahanan (Baranahan) Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Brigjen TNI Bambang Kusharto dan Direktur Niaga PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI), Irzal Rinaldi Zailani disaksikan oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.


Dalam kontrak tersebut meliputi pembelian satu unit helikopter Super Puma NAS-332C1+ berikut pelatihan penerbang dan teknisi, publikasi teknis, serta suku cadang. Helikopter tersebut nantinya mengusung Avionic Glass Cockpit, sensor optik AHRS (Attitude Heading and Reference System) dan teknologi FMS (Flight Management System).

Selain itu ada juga instrumen pengaturan rencana terbang (Flight Plan), SAR Direction Finder untuk menangkap sinyal ELT (Emergency Locator Transmitter), NVG (Night Vision Goggle), Weather Radar, serta Emergency Floatation untuk pendaratan darurat di atas air.

Helikopter Super Puma NAS-332C1+ memiliki kemampuan untuk terbang selama 4 jam dengan kecepatan maksimal 306 kilometer per jam. Tak hanya itu, helikopter tersebut mampu mengangkut 18 pasukan serta 3 kru.

Baca: Produksi Airbus A380 Distop, PT DI Ditawari Pasok Komponen

Helikopter ini merupakan heli jenis angkut berat multi guna yang bisa digunakan untuk military transport, cargo, paratroop transport, medical evacuation, serta VIP. Heli tersebut juga akan dilengkapi Hoist untuk evakuasi korban dari salah satu sisi pintunya. Helikopter buatan PT Dirgantara Indonesia tersebut juga dilengkapi sling yang mampu membawa barang hingga kendaraan dengan beban maksimal 4,5 ton.


237 billion Rupiah is around 16 million US dollar
 
.
Indonesia signs 22 defense weaponry and construction contracts
12th Apr 2019 17:39

06AC9FC8-B31D-4F21-8BA9-CBA3CC1DA150.jpeg

Indonesia’s Ministry of Defense has signed 22 contracts at PT Pindad’s complex, in Bandung, West Java, on Friday, to procure equipment for strategic defense weaponry (alutsista) military construction that totally costs Rp2.1 trillion (US$1.4 billion).

Jakarta (ANTARA) - Indonesia’s Ministry of Defense has signed 22 contracts at PT Pindad’s complex, in Bandung, West Java, on Friday, to procure equipment for strategic defense weaponry (alutsista) military construction that totally costs Rp2.1 trillion (US$1.4 billion).

The signing of the 22 contracts, including 18 alutsista contracts and seven contracts related to construction, was witnessed directly by Defense Minister Ryamizard Ryacudu. The contracts also included the signing of the construction of submarines in cooperation with PT PAL, Daewoo Shipbuilding, and Marine Engineering Co. Ltd.

“This signing also reflects the government’s commitment to procuring defense systems that are more transparent and accountable,” he said during his speech.

The other contracts include the procurement of infantry fighting vehicles, jatri infantry, small caliber munitions (MKK) (PT Pindad); and nuclear, biology, and chemical special vehicles, explosive taming vehicles, and decon trucks (PT Merpati Wahana Raya).

The seven contracts for the construction worth Rp106 billion include the continued development and construction of the Dr. Komang Makes Belawan Lantamal I navy hospital, marines facilities and infrastructure building; and the Indonesian air force mess in Budi Kemuliaan street, Jakarta.

The minister is hoping that the defense industry can continue to innovate and become an independent and competitive industry that is recognized by the world.

“Hopefully, the defense industry can fulfill the alutsista needs in the future,” he said.

The Chairman of PT Pindad, Abraham Mose, expressed his appreciation over the signing, which was a mark of the government's support to the national defense industry.

Mose said that the signing was the fastest and largest one involving state-owned enterprises (BUMN) and private companies. EDITED BY INE


Reporter: Azizah Fitriyanti, Safira Hali

Editor: Eliswan Azly

COPYRIGHT © ANTARA 2019


https://m.antaranews.com/en/news/12...2-defense-weaponry-and-construction-contracts

Saab, Airbus, Boeing Masuk Radar Calon Pesawat AWACS TNI AU, Siapa yang Dipilih?
1024px-Saab_2000_AEW_2671689048.jpg

Saab 2000 Erieye.


Tiga pabrikan besar pesawat yaitu Saab dari Swedia, Airbus dari Eropa, dan Boeing dari Amerika Serikat, dipastikan masuk ke dalam daftar calon pemasok pesawat AWACS yang tengah dicari TNI AU.

AWACS atau Airborne Early Warning and Control System adalah sebuah sistem radar terbang yang melaksanakan misi peringatan dini dan kontrol udara di udara.

Pesawat berkemampuan AWACS mampu mendeteksi pesawat, kapal, dan kendaraan dalam jarak jauh dan kemudian melakukan komando dan kontrol ruang pertempuran dalam operasi udara dengan mengarahkan pesawat tempur ke sasaran yang dikunci.

Pilihan atas ketiga pabrikan besar ini disampaikan KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna kepada para pemimpin redaksi dan wartawan di ruang VIP Lanud Adi Sucipto, Yogyakarta, Selasa (19/3/2019).

“Kita belum memutuskan, karena ini masuk ke dalam Renstra III TNI yang dimulai tahun depan, namun kita sudah melihat dan mendengarkan pemaparan dari ketiga pabrik itu terkait pesawat yang ditawarkan,” ujar KSAU.

Renstra (Rencana Strategis) TNI merupakan aplikasi dari program MEF (Minimum Essential Force) yang merupakan gebrakan pemerintah pada subjek strategi pertahanan nasional.

Ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, MEF merupakan amanat pembangunan nasional di bidang pertahanan keamanan.

Implementasi MEF dibagi ke dalam tiga Renstra yaitu Renstra 1: 2010-2014, Renstra 2: 2015-2019, dan Renstra 3: 2020-2024.

Sasaran utama MEF adalah membangun komponen utama TNI sampai mencapai kekuatan pokok minimum sebagai postur pertahanan yang ideal dan disegani baik pada level regional maupun internasional.

Penekanan diberikan pada kata minimum yang merujuk pada fakta bahwa MEF tidak diarahkan kepada konsep perlombaan senjata maupun sebagai strategi pembangunan kekuatan untuk memenangkan perang secara total, melainkan sebagai satu bentuk kekuatan pokok yang memenuhi standar tertentu serta memiliki efek tangkal.

Meski masuk ke dalam Renstra III, terkait pengadaan pesawat AWACS ini Marsekal Yuyu mengaku tetap menyiapkannya dari sekarang.

KSAU menyebutkan salah satu contoh sistem yang ditawarkan Saab yaitu Erieye.

Sistem radar Erieye adalah Airborne Early Warning and Control System (AEW&C) yang dikembangkan Saab Electronic Defence Systems dari Swedia.

Erieye menggunakan teknologi radar AESA (active electronically scanned array). Sistem Erieye digunakan pada berbagai platform pesawat seperti Saab 340 dan Embraer R-99. Baru-baru ini bahkan diimplementasikan di pesawat Bombardier Global 6000 sebagai Globaleye.

Hanya saja ditambahkan KSAU, pengadaan pesawat intai (AWACS) dan pesawat tanker masuk ke dalam Renstra III.

“Namun kami sudah masukkan, saya mulai proses dari sekarang dengan harapan untuk mempercepat supaya tidak terjadi (penumpukan pengadaan-Red) seperti sekarang, kita jajaki dari sekarang dan diharapkan begitu Januari 2020 anggaran ada, langsung kita proses. Supaya dapat tercapai tepat waktu,” ujar Yuyu menjelaskan secara detail.

Dari ketiga pabrikan yang menawarkan, untuk saat ini semua informasi yang sudah dipaparkan perwakilan pabrik dikumpulkan di bagian pengadaan TNI AU.

“Saab bisa pesawat dari mana dan radar dari mana, sedangkan Boeing dan Airbus pesawat dari mereka,” kata Yuyu.

“Semua sudah paparan di Srena dan di kantor saya, sudah intip-intip lah, namun semua harus proses dan saya tidak bisa menentukan sendiri. Karena sekarang saya membentuk tim yang bisa membantu menentukan pilihan jenis alutsista yang dibutuhkan,” ulasnya.

Menurut Yuyu, sejak menjadi KSAU ia membentuk Sidang Dewan Penentu Pengadaan disingkat Wantuada. Sidang yang dipimpin KSAU ini dihadiri oleh seluruh perwira tinggi berbintang 2 serta bintang 1 dan kolonel terkait.

“Sidang menyampaikan apa yang dibutuhkan sesuai kebutuhan pengguna,” tegas Yuyu.

“Terkait AWACS, untuk Wantuada belum dilaksanakan karena masuk Renstra tahun depan, sehingga baru mendengarkan presentasi dari mereka dan dikolek di Disada (Dinas Pengadaan Angkatan Udara),” ungkap KSAU Marsekal Yuyu Sutisna.

Kita nantikan tahun depan, kemana pilihan akan dijatuhkan oleh TNI AU.

https://mylesat.com/2019/03/19/saab-airbus-boeing-masuk-radar-calon-pemasok-pesawat-awacs-tni-au/
 
.
Indonesia signs 22 defense weaponry and construction contracts
12th Apr 2019 17:39

06AC9FC8-B31D-4F21-8BA9-CBA3CC1DA150.jpeg

Indonesia’s Ministry of Defense has signed 22 contracts at PT Pindad’s complex, in Bandung, West Java, on Friday, to procure equipment for strategic defense weaponry (alutsista) military construction that totally costs Rp2.1 trillion (US$1.4 billion).

Jakarta (ANTARA) - Indonesia’s Ministry of Defense has signed 22 contracts at PT Pindad’s complex, in Bandung, West Java, on Friday, to procure equipment for strategic defense weaponry (alutsista) military construction that totally costs Rp2.1 trillion (US$1.4 billion).

The signing of the 22 contracts, including 18 alutsista contracts and seven contracts related to construction, was witnessed directly by Defense Minister Ryamizard Ryacudu. The contracts also included the signing of the construction of submarines in cooperation with PT PAL, Daewoo Shipbuilding, and Marine Engineering Co. Ltd.

“This signing also reflects the government’s commitment to procuring defense systems that are more transparent and accountable,” he said during his speech.

The other contracts include the procurement of infantry fighting vehicles, jatri infantry, small caliber munitions (MKK) (PT Pindad); and nuclear, biology, and chemical special vehicles, explosive taming vehicles, and decon trucks (PT Merpati Wahana Raya).

The seven contracts for the construction worth Rp106 billion include the continued development and construction of the Dr. Komang Makes Belawan Lantamal I navy hospital, marines facilities and infrastructure building; and the Indonesian air force mess in Budi Kemuliaan street, Jakarta.

The minister is hoping that the defense industry can continue to innovate and become an independent and competitive industry that is recognized by the world.

“Hopefully, the defense industry can fulfill the alutsista needs in the future,” he said.

The Chairman of PT Pindad, Abraham Mose, expressed his appreciation over the signing, which was a mark of the government's support to the national defense industry.

Mose said that the signing was the fastest and largest one involving state-owned enterprises (BUMN) and private companies. EDITED BY INE


Reporter: Azizah Fitriyanti, Safira Hali

Editor: Eliswan Azly

COPYRIGHT © ANTARA 2019


https://m.antaranews.com/en/news/12...2-defense-weaponry-and-construction-contracts

Saab, Airbus, Boeing Masuk Radar Calon Pesawat AWACS TNI AU, Siapa yang Dipilih?
1024px-Saab_2000_AEW_2671689048.jpg

Saab 2000 Erieye.


Tiga pabrikan besar pesawat yaitu Saab dari Swedia, Airbus dari Eropa, dan Boeing dari Amerika Serikat, dipastikan masuk ke dalam daftar calon pemasok pesawat AWACS yang tengah dicari TNI AU.

AWACS atau Airborne Early Warning and Control System adalah sebuah sistem radar terbang yang melaksanakan misi peringatan dini dan kontrol udara di udara.

Pesawat berkemampuan AWACS mampu mendeteksi pesawat, kapal, dan kendaraan dalam jarak jauh dan kemudian melakukan komando dan kontrol ruang pertempuran dalam operasi udara dengan mengarahkan pesawat tempur ke sasaran yang dikunci.

Pilihan atas ketiga pabrikan besar ini disampaikan KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna kepada para pemimpin redaksi dan wartawan di ruang VIP Lanud Adi Sucipto, Yogyakarta, Selasa (19/3/2019).

“Kita belum memutuskan, karena ini masuk ke dalam Renstra III TNI yang dimulai tahun depan, namun kita sudah melihat dan mendengarkan pemaparan dari ketiga pabrik itu terkait pesawat yang ditawarkan,” ujar KSAU.

Renstra (Rencana Strategis) TNI merupakan aplikasi dari program MEF (Minimum Essential Force) yang merupakan gebrakan pemerintah pada subjek strategi pertahanan nasional.

Ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, MEF merupakan amanat pembangunan nasional di bidang pertahanan keamanan.

Implementasi MEF dibagi ke dalam tiga Renstra yaitu Renstra 1: 2010-2014, Renstra 2: 2015-2019, dan Renstra 3: 2020-2024.

Sasaran utama MEF adalah membangun komponen utama TNI sampai mencapai kekuatan pokok minimum sebagai postur pertahanan yang ideal dan disegani baik pada level regional maupun internasional.

Penekanan diberikan pada kata minimum yang merujuk pada fakta bahwa MEF tidak diarahkan kepada konsep perlombaan senjata maupun sebagai strategi pembangunan kekuatan untuk memenangkan perang secara total, melainkan sebagai satu bentuk kekuatan pokok yang memenuhi standar tertentu serta memiliki efek tangkal.

Meski masuk ke dalam Renstra III, terkait pengadaan pesawat AWACS ini Marsekal Yuyu mengaku tetap menyiapkannya dari sekarang.

KSAU menyebutkan salah satu contoh sistem yang ditawarkan Saab yaitu Erieye.

Sistem radar Erieye adalah Airborne Early Warning and Control System (AEW&C) yang dikembangkan Saab Electronic Defence Systems dari Swedia.

Erieye menggunakan teknologi radar AESA (active electronically scanned array). Sistem Erieye digunakan pada berbagai platform pesawat seperti Saab 340 dan Embraer R-99. Baru-baru ini bahkan diimplementasikan di pesawat Bombardier Global 6000 sebagai Globaleye.

Hanya saja ditambahkan KSAU, pengadaan pesawat intai (AWACS) dan pesawat tanker masuk ke dalam Renstra III.

“Namun kami sudah masukkan, saya mulai proses dari sekarang dengan harapan untuk mempercepat supaya tidak terjadi (penumpukan pengadaan-Red) seperti sekarang, kita jajaki dari sekarang dan diharapkan begitu Januari 2020 anggaran ada, langsung kita proses. Supaya dapat tercapai tepat waktu,” ujar Yuyu menjelaskan secara detail.

Dari ketiga pabrikan yang menawarkan, untuk saat ini semua informasi yang sudah dipaparkan perwakilan pabrik dikumpulkan di bagian pengadaan TNI AU.

“Saab bisa pesawat dari mana dan radar dari mana, sedangkan Boeing dan Airbus pesawat dari mereka,” kata Yuyu.

“Semua sudah paparan di Srena dan di kantor saya, sudah intip-intip lah, namun semua harus proses dan saya tidak bisa menentukan sendiri. Karena sekarang saya membentuk tim yang bisa membantu menentukan pilihan jenis alutsista yang dibutuhkan,” ulasnya.

Menurut Yuyu, sejak menjadi KSAU ia membentuk Sidang Dewan Penentu Pengadaan disingkat Wantuada. Sidang yang dipimpin KSAU ini dihadiri oleh seluruh perwira tinggi berbintang 2 serta bintang 1 dan kolonel terkait.

“Sidang menyampaikan apa yang dibutuhkan sesuai kebutuhan pengguna,” tegas Yuyu.

“Terkait AWACS, untuk Wantuada belum dilaksanakan karena masuk Renstra tahun depan, sehingga baru mendengarkan presentasi dari mereka dan dikolek di Disada (Dinas Pengadaan Angkatan Udara),” ungkap KSAU Marsekal Yuyu Sutisna.

Kita nantikan tahun depan, kemana pilihan akan dijatuhkan oleh TNI AU.

https://mylesat.com/2019/03/19/saab-airbus-boeing-masuk-radar-calon-pemasok-pesawat-awacs-tni-au/

from historical prespective and fot TOT purpose, i bet they will chose airbus
 
.

Pakistan Defence Latest Posts

Back
Top Bottom