What's new

Indonesia Defence Forum

Tomorrow the black shark torpedo test from Nagapasa submarine

Bersama KRI SIM-367, Pangkoarmada II Meninjau Uji Penembakan Torpedo Black Shark

37addcd5922e73c28102af21817e4e66.jpg


Pangkoarmada II Laksda TNI Mintoro Yulianto, S. Sos, M. Si kembali onboard di salah satu kapal perang Republik Indonesia (KRI) jajaran Koarmada II, yakni KRI Sultan Iskandar Muda ( SIM) -367, yang bertolak dari Dermaga Ujung, pada Kamis (28/3) sore.

Keberadaan orang nomor satu di Koarmada II tersebut di KRI SIM-367 , yakni untuk meninjau langsung pelaksanaan uji penembakan torpedo black shark oleh KRI Nagapasa-403 di sekitar perairan utara Bali pada tanggal 30 Maret 2018 mendatang.

Selain KRI SIM dan KRI Nagapasa, dalam uji penembakan tersebut beberapa KRI dan satuan lain juga ikut terlibat. Antara lain KRI I Gusti Ngurah Rai (GNR-332), KRI Spica dari Pushidrosal, Tim dari Dislambair, Satkopaska, Labinlek, serta Dispen Koarmada II.

Pangkoarmada II berharap torpedo Black Shark mampu melengkapi kecanggihan KRI Nagapasa-403 , sehingga kapal selam yang baru bergabung di jajaran Satsel Koarmada II pada tahun 2017 ini semakin terpercaya dalam menjaga keamanan wilayah laut Indonesia.

https://tni.mil.id/view-147992-bers...injau-uji-penembakan-torpedo-black-shark.html
 
. .
The Indonesian National Armed Forces team on the first day of competition during the Australian Army Skill at Arms Meeting 2019 held in Puckapunyal, Victoria.

ahlinya ahli, rata2 pemain lama...

View attachment 549893
for keep getting famous, i can understand it...
but it would be much better if we send new players...
it would make a better detterent effect, new players with superb shooting skills, in every events...

information please...
in every war game, we held, internally, we did have op for...
did the op for only take the defensive role ?
did they defend their position with the most wit they can come with ?
did they fight to their 'last blood', or they just act surprised and play dead...
if they just 'surprised' and 'play dead', then what is the purpose of the training ?
 
. .
did they fight to their 'last blood', or they just act surprised and play dead...
if they just 'surprised' and 'play dead', then what is the purpose of the training ?
The purpose is practice how to move in formation while covering each other whilst clearing the building/ship etc,
will be more realistic and you will be more satisfied if they use air softgun but duite sopo
 
Last edited:
.
Horeee ..

uji-coba-dinamis-cat-anti-radar-kepada-kal-sadarin-ii-3-02.jpg


Jakarta, Beritasatu.com - Kapal TNI Angkatan Laut yang dicat dengan cat antideteksi radar berhasil diuji coba pada Jumat (29/3) di Pantai Mutiara, Jakarta Utara. Kapal dengan cat antiradar layaknya kapal siluman ini tidak terdeteksi radar. Teknologi ini penting untuk meningkatkan keandalan sistem utama alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Jumain Appe mengatakan, inovasi cat antiradar ini merupakan salah satu penelitian Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dengan bahan baku logam tanah jarang.


"Jadi tingkat kandungan komponen dalam negerinya hampir 100%. Cat antiradar yang tidak terdeteksi radar ini dibuat lewat kerja sama PT Sigma Utama Paint," katanya di sela-sela uji coba kapal dengan cat antideteksi radar di Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Jumat (29/3/2019).

Selain itu riset yang dimulai sejak tahun 2015 ini juga melibatkan TNI Angkatan Laut dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Meski dari ujicoba ini diketahui bahwa teknologi itu perlu penyempurnaan, Jumain menilai cat antideteksi radar ini sudah sangat baik. Menurutnya, jika ingin benar-benar luput dari deteksi radar, kapal harus memiliki bentuk kapal siluman sehingga bagian buritan kapal bisa dicat sempurna.

Kapal patroli keamanan laut TNI AL yang diuji coba ini memang memiliki sedikit bagian dan perangkat kapal yang sulit dicat karena bentuknya rumit seperti di bagian buritan kapal. Namun lewat uji coba ini akan dilakukan penyempurnaan.

"Secara umum uji coba ini sudah cukup bagus, bisa diproduksi ke depan. Untuk produksi massal akan dibicarakan dengan PT Sigma Utama dengan pengguna TNI AL. Cat ini tidak boleh dibuat dan dijual sembarangan. Kalau dipakai kapal penyeludup, bahaya," tandasnya.

Teknologi antideteksi radar ini berbasis smart magnet dengan memanfaatkan material logam tanah jarang.

Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju Batan, Wisnu Ari Adi mengatakan, penelitian cat antideteksi radar ini merupakan pengembangan dari kemampuan Batan dalam mengolah pasir monasit menjadi logam tanah jarang.

Penelitian ini dimulai tahun 2015 dan tahun 2017 telah berhasil dibuat purwarupa skala percontohan berupa cat antideteksi radar yang telah diaplikasikan pada potongan plat kapal logam dari alumunium dan besi yang tidak dapat dideteksi oleh radar pada frekuensi X-band (8-12 GHz).

Ia menambahkan, teknologi ini merupakan teknologi terkini dan hanya dimiliki oleh negara-negara maju.

“Ini merupakan teknologi yang mampu menyerap gelombang radar pada frekuensi tertentu. Teknologi ini hanya dimiliki oleh negara-negara maju dan tidak bersifat komersial karena merupakan bahan yang sangat strategis untuk pertahanan nasional suatu negara,” papar Wisnu.

Wisnu menambahkan, bahan cat antiradar ini merupakan bahan maju buatan yang memiliki sifat seperti gelombang elektromagnetik yang tersusun dari kombinasi unsur logam tanah jarang dan unsur logam transisi yang struktur magnetiknya hanya bisa diuji dengan menggunakan teknologi nuklir.

"Di kawasan Asia Tenggara, hanya Batan yang mampu melakukan pengujian bahan dengan menggunakan teknologi berkas neutron. Teknik pengujian ini mampu menjelaskan berbagai interaksi magnetik dan elektrik yang terjadi di dalam bahan," ungkapnya.

Meski bisa dioperasikan tidak terdekteksi radar, untuk mengetahui posisi kapal bisa diketahui jika reflektor di kapal dinyalakan.

Sejak tahun 2015, kegiatan ini mendapat pendanaan dari program inovasi industri Kemristekdikti.

https://www.beritasatu.com/nasional/545737/perkuat-alutsista-batan-sukses-kembangkan-cat-antiradar
 
.
Horeee ..

View attachment 550160

Jakarta, Beritasatu.com - Kapal TNI Angkatan Laut yang dicat dengan cat antideteksi radar berhasil diuji coba pada Jumat (29/3) di Pantai Mutiara, Jakarta Utara. Kapal dengan cat antiradar layaknya kapal siluman ini tidak terdeteksi radar. Teknologi ini penting untuk meningkatkan keandalan sistem utama alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Jumain Appe mengatakan, inovasi cat antiradar ini merupakan salah satu penelitian Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dengan bahan baku logam tanah jarang.


"Jadi tingkat kandungan komponen dalam negerinya hampir 100%. Cat antiradar yang tidak terdeteksi radar ini dibuat lewat kerja sama PT Sigma Utama Paint," katanya di sela-sela uji coba kapal dengan cat antideteksi radar di Pantai Mutiara, Jakarta Utara, Jumat (29/3/2019).

Selain itu riset yang dimulai sejak tahun 2015 ini juga melibatkan TNI Angkatan Laut dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Meski dari ujicoba ini diketahui bahwa teknologi itu perlu penyempurnaan, Jumain menilai cat antideteksi radar ini sudah sangat baik. Menurutnya, jika ingin benar-benar luput dari deteksi radar, kapal harus memiliki bentuk kapal siluman sehingga bagian buritan kapal bisa dicat sempurna.

Kapal patroli keamanan laut TNI AL yang diuji coba ini memang memiliki sedikit bagian dan perangkat kapal yang sulit dicat karena bentuknya rumit seperti di bagian buritan kapal. Namun lewat uji coba ini akan dilakukan penyempurnaan.

"Secara umum uji coba ini sudah cukup bagus, bisa diproduksi ke depan. Untuk produksi massal akan dibicarakan dengan PT Sigma Utama dengan pengguna TNI AL. Cat ini tidak boleh dibuat dan dijual sembarangan. Kalau dipakai kapal penyeludup, bahaya," tandasnya.

Teknologi antideteksi radar ini berbasis smart magnet dengan memanfaatkan material logam tanah jarang.

Peneliti Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju Batan, Wisnu Ari Adi mengatakan, penelitian cat antideteksi radar ini merupakan pengembangan dari kemampuan Batan dalam mengolah pasir monasit menjadi logam tanah jarang.

Penelitian ini dimulai tahun 2015 dan tahun 2017 telah berhasil dibuat purwarupa skala percontohan berupa cat antideteksi radar yang telah diaplikasikan pada potongan plat kapal logam dari alumunium dan besi yang tidak dapat dideteksi oleh radar pada frekuensi X-band (8-12 GHz).

Ia menambahkan, teknologi ini merupakan teknologi terkini dan hanya dimiliki oleh negara-negara maju.

“Ini merupakan teknologi yang mampu menyerap gelombang radar pada frekuensi tertentu. Teknologi ini hanya dimiliki oleh negara-negara maju dan tidak bersifat komersial karena merupakan bahan yang sangat strategis untuk pertahanan nasional suatu negara,” papar Wisnu.

Wisnu menambahkan, bahan cat antiradar ini merupakan bahan maju buatan yang memiliki sifat seperti gelombang elektromagnetik yang tersusun dari kombinasi unsur logam tanah jarang dan unsur logam transisi yang struktur magnetiknya hanya bisa diuji dengan menggunakan teknologi nuklir.

"Di kawasan Asia Tenggara, hanya Batan yang mampu melakukan pengujian bahan dengan menggunakan teknologi berkas neutron. Teknik pengujian ini mampu menjelaskan berbagai interaksi magnetik dan elektrik yang terjadi di dalam bahan," ungkapnya.

Meski bisa dioperasikan tidak terdekteksi radar, untuk mengetahui posisi kapal bisa diketahui jika reflektor di kapal dinyalakan.

Sejak tahun 2015, kegiatan ini mendapat pendanaan dari program inovasi industri Kemristekdikti.

https://www.beritasatu.com/nasional/545737/perkuat-alutsista-batan-sukses-kembangkan-cat-antiradar
T O P
O
P
Use it on this kind of ship
images

Perlu dikembankan lagi biar ga cuman anti X band
 
Last edited:
.
Awalnya dari sini , berita tahun 2016

Dalam kesempatan ini pihak Dislitbangal TNI AL juga melakukan penandatangan kerjasama dengan Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju Badan Tenaga Nuklir Nasional (PSTBM-BATAN) dan BUMN PT. Sigmautama Paint. Adapun yang hadir pada acara penandatanganan kerjasama ini adalah para Perwira Menengah Dislitbangal TNI AL, Perwakilan dari P2ET-LIPI, PSTBM-BATAN dan PT. Sigmautama Paint.


Maksud dari Perjanjian ini adalah melaksanakan Penelitian dan Pengembangan Radar Absorber Material (RAM) dalam rangka mendukung Pertahanan Nasional, dengan menggunakan Sumber Daya Manusia (SDM), dan fasilitas yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi– LIPI dan Dislitbangal TNI AL, sedangkan tujuan dari Perjanjian ini adalah melaksanakan uji untuk mengetahui daya serap gelombang elektromagnetik pada rentang frekuensi 8 s.d. 12 GHz (x band) dari Radar Absorber Material (RAM) dalam wujud cat anti radar yang diaplikasikan di atas spesimen.

http://www.ppet.lipi.go.id/news/150

RAM biasanya untuk cat fighter siluman ..F22 ,F35 ,J20 .

IFX apa sudah pake RAM ? untuk gen 4,5 sepertinya ga pake ya, rudalnya terlihat gitu..makanya dibawah F35 ,

Solusi indonesia adl LFX LAPAN , KFX versi lokal dg teknologi RAM , mungkin gandeng korea lagi atau LM buat design ruang senjata di perut LFX.
lfx1.jpg

Kira kira 2035 an keatas lah .
 
.
Tomorrow the black shark torpedo test from Nagapasa submarine

Bersama KRI SIM-367, Pangkoarmada II Meninjau Uji Penembakan Torpedo Black Shark

37addcd5922e73c28102af21817e4e66.jpg


Pangkoarmada II Laksda TNI Mintoro Yulianto, S. Sos, M. Si kembali onboard di salah satu kapal perang Republik Indonesia (KRI) jajaran Koarmada II, yakni KRI Sultan Iskandar Muda ( SIM) -367, yang bertolak dari Dermaga Ujung, pada Kamis (28/3) sore.

Keberadaan orang nomor satu di Koarmada II tersebut di KRI SIM-367 , yakni untuk meninjau langsung pelaksanaan uji penembakan torpedo black shark oleh KRI Nagapasa-403 di sekitar perairan utara Bali pada tanggal 30 Maret 2018 mendatang.

Selain KRI SIM dan KRI Nagapasa, dalam uji penembakan tersebut beberapa KRI dan satuan lain juga ikut terlibat. Antara lain KRI I Gusti Ngurah Rai (GNR-332), KRI Spica dari Pushidrosal, Tim dari Dislambair, Satkopaska, Labinlek, serta Dispen Koarmada II.

Pangkoarmada II berharap torpedo Black Shark mampu melengkapi kecanggihan KRI Nagapasa-403 , sehingga kapal selam yang baru bergabung di jajaran Satsel Koarmada II pada tahun 2017 ini semakin terpercaya dalam menjaga keamanan wilayah laut Indonesia.

https://tni.mil.id/view-147992-bers...injau-uji-penembakan-torpedo-black-shark.html

What is its target??
 
.
Awalnya dari sini , berita tahun 2016

Dalam kesempatan ini pihak Dislitbangal TNI AL juga melakukan penandatangan kerjasama dengan Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju Badan Tenaga Nuklir Nasional (PSTBM-BATAN) dan BUMN PT. Sigmautama Paint. Adapun yang hadir pada acara penandatanganan kerjasama ini adalah para Perwira Menengah Dislitbangal TNI AL, Perwakilan dari P2ET-LIPI, PSTBM-BATAN dan PT. Sigmautama Paint.


Maksud dari Perjanjian ini adalah melaksanakan Penelitian dan Pengembangan Radar Absorber Material (RAM) dalam rangka mendukung Pertahanan Nasional, dengan menggunakan Sumber Daya Manusia (SDM), dan fasilitas yang dimiliki oleh Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi– LIPI dan Dislitbangal TNI AL, sedangkan tujuan dari Perjanjian ini adalah melaksanakan uji untuk mengetahui daya serap gelombang elektromagnetik pada rentang frekuensi 8 s.d. 12 GHz (x band) dari Radar Absorber Material (RAM) dalam wujud cat anti radar yang diaplikasikan di atas spesimen.

http://www.ppet.lipi.go.id/news/150

RAM biasanya untuk cat fighter siluman ..F22 ,F35 ,J20 .

IFX apa sudah pake RAM ? untuk gen 4,5 sepertinya ga pake ya, rudalnya terlihat gitu..makanya dibawah F35 ,

Solusi indonesia adl LFX LAPAN , KFX versi lokal dg teknologi RAM , mungkin gandeng korea lagi atau LM buat design ruang senjata di perut LFX.
View attachment 550163
Kira kira 2035 an keatas lah .

As far as I know, the development of LFX is officially halted.


Preparing to break the last MURI record for UAV... LSU-02 NG has projected range of 700 km, the previous record holder was LSU-03 with range of 340 km. Swipe left for video.
 
Last edited:
. .
What is its target??

Most likely target drone (which is far better to test any torpedo than decommissioned vessel)

but it would be much better if we send new players...
it would make a better detterent effect, new players with superb shooting skills, in every events...

Excellent point, however I don't see it as a form of deterrence, but more of a "regeneration"

information please...
in every war game, we held, internally, we did have op for...
did the op for only take the defensive role ?
did they defend their position with the most wit they can come with ?
did they fight to their 'last blood', or they just act surprised and play dead...
if they just 'surprised' and 'play dead', then what is the purpose of the training ?

Good question, I also curious to know the setup

Perlu dikembankan lagi biar ga cuman anti X band

Beda "ilmu" nya kalau di frekuensi bawah nya X-band. Jadi bukan pengembangan judulnya, tapi perlu belajar baru
 
.
Jokowi highlights dovish diplomacy, Prabowo more into hawkish
30th Mar 2019 22:59

Debat-Capres-Putaran-Keempat-300319-hma-22_1.jpg

Incumbent Joko Widodo (Jokowi) and challenger Prabowo Subianto. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Amman (ANTARA) - Incumbent President Joko Widodo and his contender Prabowo Subianto were showing two
polarized approaches of dovish and hawkish views on the international relations segment at the fourth
presidential debate in Jakarta on Saturday night.

Joko Widodo (Jokowi) highlighted Indonesian capacity in mediating in a number of international conflicts
and Indonesia's soft diplomacy power in several international trade negotiations, while Prabowo Subianto
was keeping score on the Indonesian defense capacity that he considered still weak and hence should be
further strengthened.

During the fourth presidential debate at the Hotel Shangri-la, discussing defense, security, and international relations, Jokowi mentioned two major Indonesian roles as a conflict mediator in the Rohingya issue and peace process in Afghanistan.

"We have been asked by the UN to help Rohingyan refugees' repatriation from Cox's Bazaar to Rakhine State,"
he noted.

Meanwhile, Prabowo said that "smiley diplomats" approach, or his term for soft diplomacy, is not
enough to defense Indonesia's national core interests.

"Diplomacy cannot be done with only talk, it has to be backed up with power, if we are not strong, we
lose. Maybe he (some diplomat) smile at us as he is paid to be a nice man, while measuring our
strength," he noted.

Both candidates also offered different approaches to strengthen Indonesian diplomacy. Jokowi said that Indonesia has a large potential as the world's largest Muslim majority country to involve in peace process in some conflict areas as well as to increase trade values by using economic
diplomacy.

Meanwhile, Prabowo wanted to increase Indonesia's military equipment for preventive defense mechanism, in which he noted that neighboring countries, like Singapore is more advanced.

The fourth presidential debate was organized by the General Election Commission (KPU) as part of the process of presidential election to be held simultaneously with legislative elections on April 17, 2019, across Indonesia.
Reporter: Azizah Fitriyanti

Editor: Fardah Assegaf

COPYRIGHT © ANTARA 2019

https://m.antaranews.com/en/news/123010/jokowi-highlights-dovish-diplomacy-prabowo-more-into-hawkish

In this matter Prabowo quite right, and pragmatisme is much be heralded.
 
.
Jokowi strongly believes in TNI's capability to defend sovereignty
30th Mar 2019 23:33

Debat-Capres-Putaran-Keempat-300319-hma-12.jpg

Indonesian presidential candidate number 01 Joko Widodo is speaking at the fourth round of presidential debate held at Shangri La Hotel in Jakarta on Saturday (30/3/2019). (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Jakarta (ANTARA) - Indonesian presidential candidate number 01 Joko Widodo (Jokowi) stated in the fourth round of the 2019 presidential debate that he still strongly believes in the capability of Indonesian Armed Forces (TNI) in defending the country's territorial sovereignty.

"Once again I still strongly believe in our TNI in defending Indonesia's sovereignty, I still strongly believe," Jokowi said during the fourth presidential candidate debate at Shangri-La Hotel here on Saturday evening.

The fourth presidential debate focused on the issues pertaining to Ideology, Governance, Defense and Security, as well as International Relations.

Responding to his contender Prabowo Subianto's critical question on budget constraints of the national defense, Jokowi admitted that his administration has currently given more priority to the national infrastructure development.

"At a time when our economic growth is getting better, the global economy revives, we will be able to provide more for our military budget in order to build better defense equipment in the future," he stated.

He also admitted that Indonesia's defense budget was smaller than those of many other countries.

"Our defense budget is indeed small compared to those of many other countries. However, I still believe in strategic intelligence information that I received stating that in the next 20 years, there will be no foreign invasion," Jokowi remarked.

Jokowi also argued that Indonesia, in the near future, has to be more focused on dealing with internal security challenges, particularly conflicts.
Reporter: Yuni Arisandy Sinaga

Editor: Rahmad Nasution

COPYRIGHT © ANTARA 2019


20 th gak ada invasi gan,
 
. .
Back
Top Bottom