What's new

Indonesia Defence Forum

51916276_2195131150509317_2702674511072854016_o.jpg
52598547_2195131157175983_9027335792296460288_o.jpg
52598379_2195131103842655_5526334501367578624_o.jpg
 
.
Indonesia, DSME Set to Signs 3 Submarines Contract Next Month

21 Februari 2019



Two of four submarines of Indonesian Navy (photo : Hiu Kencana)

Indonesia, DSME set to strike deal for submarines

Korean shipbuilder Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) is in the final stages of negotiations for a massive deal to export submarines to Indonesia, company sources told the JoongAng Ilbo on Wednesday.

According to the sources, the Indonesian Navy is planning to purchase three new submarines from DSME for $1.2 billion. Jane’s 360, an online defense media channel, also reported last week that Indonesia and DSME are close to signing an order for the three 1,400-ton submarines, a modified version of the South Korean Navy’s Chang Bogo-class diesel-electric attack submarines.

If the contract is awarded to DSME, the shipbuilder will have won two consecutive submarine deals with Indonesia. In 2011, Korea won a $1.1 billion contract for three 1,400-ton submarines as part of Indonesia’s 2024 Defense Strategic Plan.

The three new submarines are to be built by DSME in cooperation with the Indonesian state-owned shipbuilder PT PAL.

“During the final negotiation stage, discussions will take place on how to split the work,” said a defense industry source. “Component production and final assembly will be done at the Okpo Shipyard in Korea and a shipyard in Surabaya, Indonesia.”

According to the sources, the contract is expected to be signed next month as the two sides have no major disagreements. The contract was supposed to be signed last year, but Indonesia requested more time for review and the deadline was postponed to March this year.

DSME opened a technology cooperation center at the PT PAL Shipyard in October last year as part of its efforts to secure the contract. One month later, it signed an agreement with the shipyard to form a consortium.

Sources said DSME also had an advantage because Indonesia is already operating Korean-built submarines. DSME’s deal with Indonesia in 2011 was Korea’s largest defense export project at that time. With the contract, Korea became the fifth submarine exporter in the world. Of the three submarines purchased by Indonesia, two were built in Korea and delivered later, and the last one is currently being built at the PT PAL Shipyard.

If DSME secures the follow-on order, Korea will supply six out of the 12 new submarines that the Indonesian Navy plans to introduce.
(KoreaJoongAngDaily)
 
.
12 new submarines that the Indonesian Navy plans to introduce
12 New submarines? I guess 401 and 402 replacement is included, I hope from the minimum 12 operational submarines 6 is CBG and the other 6 is from another type or improved version of CBG.
 
. . .
Anyone got the full article?

Australia’s submarine project shows we’ve learned nothing

Australia could be handing our regional rivals a major strategic advantage.

By ROBERT GOTTLIEBSEN
7:33AM FEBRUARY 21, 2019

Indonesia is showing Australia how an independent nation can develop a high technology and very effective air and sea defence at a fraction of the cost of what Australia is spending.

https://www.google.co.id/amp/s/amp....g/news-story/455dcad4046a3c60ed994fd9e461e521
 
. . . . . .
PT PAL received order for the construction of KCR-60M no.5 and no.6 complete with armaments including missiles. Looks like the missiles will be from MBDA.

Kemhan Pesan Kapal Cepat Rudal 5 & 6 Dengan Senjata Lengkap ke PT PAL


PERISTIWA | 25 Februari 2019 15:24
Reporter : Ramadhian Fadillah

Merdeka.com - Kementerian pertahanan (Kemhan) dan PT PAL Indonesia menandatangani kontrak kerja kapal cepat rudal (KCR) 60 meter yang ke-5 dan 6. Kapal canggih ini akan langsung dibangun lengkap dengan persenjataannya.

Sekretaris Jenderal Kemenhan, Laksamana Muda TNI Agus Setiadji di Surabaya, Senin, mengatakan kontrak pembangunan KCR ke-5 dan 6 ini dilakukan secara komplet, atau langsung dilengkapi dengan persenjataan canggih, salah satunya rudal.

"Selama ini ada dikotomi bahwa kontrak kerja KCR dengan PAL Indonesia dilakukan secara bertahap, tidak komplet. Seperti pembuatan terdahulu, kemudian menyusul persenjataannya," kata Agus, ditemui di Kantor PT PAL Surabaya.

Namun, kata Agus, pada pembuatan ke 5 dan 6 dilakukan secara fungsi asasi, yakni berfungsi langsung sebagai kapal perang dengan peralatan persenjataan komplet dan keberadaan sistem Sensor, Weapon, and Command (Sewaco) yang menyertainya.

"Untuk nilai kontrak satu kapal sekitar Rp 1,66 triliun, atau lebih murah dibandingkan dengan memesan kapal serupa di Eropa dan Korea Selatan. Namun demikian, tetap mempunyai kualitas bagus sesuai dengan kondisi iklim tropis Indonesia," katanya.

Direktur PT PAL Indonesia, Budiman Saleh mengatakan pembuatan KCR pesanan Kemenhan ke 5 dan 6 ini sepenuhnya memanfaatkan industri lokal yang telah terdaftar sebagai industri pertahanan di Tanah Air, yakni sebanyak 62 BUMS.

Selain itu, kata dia, juga didukung empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam proses pengerjaannya, seperti PT Pindad, PT Barata Indonesia, Krakatau Steel, dan PT Len Industri.

Terkait dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), Budiman mengatakan KCR ke 5 dan 6 ini lebih tinggi dibanding sebelumnya, yakni sejalan dengan pemenuhan Kekuatan Pokok Minimum (Minimum Essential Force/MEF) Kementerian Pertahanan pada Tahun Anggaran 2015-2019 sebesar 19,56 persen.

KCR 60 meter ini merupakan hasil inovasi yang dikembangkan dari produk sebelumnya yaitu Kapal Patroli Cepat 57 Meter.

Desain pembangunan KCR 60 meter disempurnakan mereferensi dari masukan dan arahan Satuan Tugas (Satgas) serta pengguna produk.

Pangadaan Kapal Kombatan ini dalam rangka pemenuhan MEF sebagai tindak lanjut implementasi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012.

Pembangunan KCR 5 dan 6 juga turut melibatkan 3 pemasok persenjataan kelas dunia (Bofors-Swedia, MBDA-Perancis, Terma-Denmark) yang sesuai dengan kebutuhan operasional TNI AL.

https://m.merdeka.com/peristiwa/kem...dal-5-6-dengan-senjata-lengkap-ke-pt-pal.html
 
Last edited:
. .
PT PAL received order for the construction of KCR-60M no.5 and no.6 complete with armaments including missiles. Looks like the missiles will be from MBDA.

Kemhan Pesan Kapal Cepat Rudal 5 & 6 Dengan Senjata Lengkap ke PT PAL


PERISTIWA | 25 Februari 2019 15:24
Reporter : Ramadhian Fadillah

Merdeka.com - Kementerian pertahanan (Kemhan) dan PT PAL Indonesia menandatangani kontrak kerja kapal cepat rudal (KCR) 60 meter yang ke-5 dan 6. Kapal canggih ini akan langsung dibangun lengkap dengan persenjataannya.

Sekretaris Jenderal Kemenhan, Laksamana Muda TNI Agus Setiadji di Surabaya, Senin, mengatakan kontrak pembangunan KCR ke-5 dan 6 ini dilakukan secara komplet, atau langsung dilengkapi dengan persenjataan canggih, salah satunya rudal.

"Selama ini ada dikotomi bahwa kontrak kerja KCR dengan PAL Indonesia dilakukan secara bertahap, tidak komplet. Seperti pembuatan terdahulu, kemudian menyusul persenjataannya," kata Agus, ditemui di Kantor PT PAL Surabaya.

Namun, kata Agus, pada pembuatan ke 5 dan 6 dilakukan secara fungsi asasi, yakni berfungsi langsung sebagai kapal perang dengan peralatan persenjataan komplet dan keberadaan sistem Sensor, Weapon, and Command (Sewaco) yang menyertainya.

"Untuk nilai kontrak satu kapal sekitar Rp 1,66 triliun, atau lebih murah dibandingkan dengan memesan kapal serupa di Eropa dan Korea Selatan. Namun demikian, tetap mempunyai kualitas bagus sesuai dengan kondisi iklim tropis Indonesia," katanya.

Direktur PT PAL Indonesia, Budiman Saleh mengatakan pembuatan KCR pesanan Kemenhan ke 5 dan 6 ini sepenuhnya memanfaatkan industri lokal yang telah terdaftar sebagai industri pertahanan di Tanah Air, yakni sebanyak 62 BUMS.

Selain itu, kata dia, juga didukung empat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam proses pengerjaannya, seperti PT Pindad, PT Barata Indonesia, Krakatau Steel, dan PT Len Industri.

Terkait dengan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), Budiman mengatakan KCR ke 5 dan 6 ini lebih tinggi dibanding sebelumnya, yakni sejalan dengan pemenuhan Kekuatan Pokok Minimum (Minimum Essential Force/MEF) Kementerian Pertahanan pada Tahun Anggaran 2015-2019 sebesar 19,56 persen.

KCR 60 meter ini merupakan hasil inovasi yang dikembangkan dari produk sebelumnya yaitu Kapal Patroli Cepat 57 Meter.

Desain pembangunan KCR 60 meter disempurnakan mereferensi dari masukan dan arahan Satuan Tugas (Satgas) serta pengguna produk.

Pangadaan Kapal Kombatan ini dalam rangka pemenuhan MEF sebagai tindak lanjut implementasi Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2012.

Pembangunan KCR 5 dan 6 juga turut melibatkan 3 pemasok persenjataan kelas dunia (Bofors-Swedia, MBDA-Perancis, Terma-Denmark) yang sesuai dengan kebutuhan operasional TNI AL.

https://m.merdeka.com/peristiwa/kem...dal-5-6-dengan-senjata-lengkap-ke-pt-pal.html

 
. .
Back
Top Bottom