What's new

Indonesia Defence Forum

10 Kementerian & Lembaga yang Paling Rajin Belanja di 2018
NEWS - Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia 18 July 2018 10:55

67d20935-0c65-476c-96d7-767d99d11a7e_169.jpeg

Foto: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Realisasi belanja Kementerian dan Lembaga selama semester I-2018 tercatat Rp 295,9 triliun atau 34,93% dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 sebesar Rp 847,4 triliun.

Merinci lebih jauh dari 15 kementerian dan lembaga dengan pagu terbesar, realisasinya sepanjang semester pertama tahun ini mencapai Rp 255,92 triliun atau 36,29% dari alokasi yang ditetapkan dalam kas keuangan negara.

Capaian tersebut, masih jauh lebih baik ketimbang periode sama tahun lalu yang hanya Rp 233,64 triliun atau 34,54% dari alokasi pagu tahun fiskal 2017. Lantas, siapa saja penyelenggara negara yang paling besar menyerap belanja?

lg.php

Berikut data realisasi serapan anggaran 10 kementerian dan lembaga dengan pagu terbesar sepanjang semester I-2018, berdasarkan data Kementerian Keuangan, yang dikutip Rabu (18/7/2018) :
  • Kementerian Kesehatan Rp 34,33 triliun atau 58,09% dari target
  • Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Rp 5,06 triliun atau 47,79% dari target
  • Kementerian Kelautan dan Perikanan Rp 3,90 triliun atau 47,16% dari target
  • Kementerian Keuangan Rp 19,07 triliun atau 41,75% dari target
  • Kementerian Pertanian Rp 15,32 triliun atau 38,22% dari target
  • Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Rp 15,42 triliun atau 37,35% dari target
  • Kementerian Agama Rp 23,01 triliun atau 37,03% dari target
  • Kepolisian Republik Indonesia Rp 34,95 triliun atau 36,77% dari target
  • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Rp 14,86 triliun atau 35,99% dari target
  • Kementerian Pertahanan Rp 38,72 triliun atau 35,96% dari target

Pada tahun ini, alokasi belanja penyelenggara negara diarahkan kepada hal yang lebih produktif terutama belanja-belanja prioritas seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan perlindungan sosial dengan tetap menjaga efektivitas dan pelaksanaan anggaran.

https://www.cnbcindonesia.com/news/...ian-lembaga-yang-paling-rajin-belanja-di-2018

Defense Ministry spending is only 35.96% off target for the 1st semester of 2018. Why? That's almost half of budget. Is it related with KFX Program? Hope the 2nd semester improving.
 
.
Libatkan 100 Perusahaan Lokal, Pindad Berharap Pasok 100 Unit Medium Tank Untuk TNI AD
indomiliter | 18/07/2018 | Berita Matra Darat, Berita Update Alutsista, Prototipe, Tank | No Comments
FacebookTwitterWhatsAppLineCopy LinkEmail

C_Xkh_MXcAAFEY9-696x392.jpg


Menyambung kesuksesan uji ‘mine blast test’ pada 12 Juli lalu di Lapangan Tembak, Batujajar, Bandung. PT Pindad telah mengumkan harapannya untuk dapat memproduksi secara massal medium tank Kaplan MT (Harimau Hitam) pada tahun 2019. Beragam program pengembangan dan uji coba terus dilakukan pada prototipe Harimau Hitam, tak lain untuk meraih sertifikasi dari Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad), yang merupakan pra syarat Harimau Hitam meraih order.

Baca juga: Dengan Proteksi Balistik STANAG 4569, Tank “Harimau Hitam” Pindad Sukses Jalani Mine Blast Test

Dikutip dari Janes.com (16/7/2018), dalam momen uji ‘mine blast test,’ Ade Bagdja, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Pindad menyebut bahwa perusahaannya akan memproduksi 100 unit medium tank untuk kebutuhan TNI AD. Persisnya Harimau Hitam akan menggantikan sebagian dari tank ringan AMX-13 yang usianya telah menua. Jumlah populasi tank AMX-13 terbilang besar di Indonesia, ditaksir lebih dari 300 unit.

Ade Bagdja juga mengatakan bahwa pada tahap produksi awal, sekitar 50 perusahaan lokal akan dilibatkan dalam produksi medium tank, dan nantinya akan meningkat setidaknya 100 perusahaan lokal bila produksi telah berjalan secara penuh. Dia menambahkan bahwa melalui pengaturan dengan FNSS Savunma Sistemleri – perusahaan patungan antara Turki Nurol Holding dan grup UK BAE Systems – PT Pindad akan memiliki tanggung jawab memasarkan medium tank untuk mengekspor pasar di Asia-Pasifik, sementara FNSS berencana untuk mengekspor produk ke pasar di Afrika.

Kaplan MT alias Harimau Hitam nantinya akan menggunakan kubah meriam Cockerill 3105 kaliber 105 mm buatan CMI, Belgia. Jenis kubah meriam ini juga yang akan digunakan pada X18 tank boat produksi PT Pindad dan PT Lundin Industry Invest. Tank ini dapat melaju dengan kecepatan maksimum 70 km per jam, sementara jarak jelajahnya sampai 450 km. Dengan sokongan mesin diesel powerpack dengan performa tinggi, plus sistem transmisi otomatis, Si Kaplan punya power to weight ratio 20hp/ton.

1-1494323750.jpg


Baca juga: Meriahkan HUT TNI Ke-72, Kaplan MT Dilengkapi Kubah Meriam Modular Cockerill 3105

Program MMWT (Modern Medium Weight Tank ) didukung oleh perjanjian antara pemerintah Indonesia dan Turki yang ditandatangani pada November 2014. Pekerjaan proyek dimulai tak lama setelah itu, dengan dua prototipe dan satu lambung untuk pengujian tambang yang diproduksi pada 2017. FNSS meluncurkan prototipe MMWT pertama di pameran IDEF di Turki pada Mei 2017.(Gilang Perdana)
 
.
RMOL. Manufacturer of marine defense system equipment, PT PAL Indonesia (Persero) is increasingly serious to expand its business out of the country. The company is now concentrating on making battleships.

The warships being designed by the company are Landing Platform Dock (LPD) vessels. President Director of PT PAL Indonesia (Persero), Budiman Saleh explains, the effort to attract outside markets is not smooth, because there are competitors for PT PAL. "Our rival Singapore," said President Director of PT PAL Indonesia (Persero) Budiman Saleh in his statement yesterday.

According to him, to seize the confidence of the export market of course that must be done company maintain good quality, even increase it. "Ships that are designed to have different specifications according to type," he said.

Budiman revealed that the LPD type warships attracted the interest of neighboring countries. That interest among others came from Malaysia, Thailand, and the Philippines. For Malaysia there has been an order contract warship type LPD called Multirole Support Ship (MRSS). MRSS ship has been made since last year with a length of 163 meters.

"There are 2 units of RMSS LPD that Malaysia needs, qualified and longer material that has the capability of landing troops and landing helicopter and tank forces," he explained.

He mentioned that PT PAL's big name is at stake in the products it manufactures. Therefore, the company is careful to maintain the quality of production. "And LPD RMSS is the largest in ASEAN, alhamdulillah in a few rounds of rank 1," he said.

Budiman hopes the largest vessel project remains a priority project of the Malaysian government under Mahathir Mohammad. "We hope the new government, Mr. Mahathir still consider this project a priority project, because there is a shift from Pak Najib this is a priority and now there is a change, some are canceled, we hope RMSS priority number 1," he hoped.

PT PAL is also trying to get a contract to work warship Thailand Government and compete with the state of Singapore. "Thailand needs 143 meters, our Singapore rival, Thailand is slightly different from other orders because he must be able to decrease troop, can supply fuel from water and submarine as well as battery charging and submarine rescue," he said.

For Thailand, it hopes that in the near future there will be a direct visit to PT PAL. The goal is that the land of the White Elephant can see directly LPD type ship products.

"If we hope that in September to October there is a signal from them that they visit and see our LPD directly, because seeing is believing," he said.

Budiman said if prospective customers do not see directly then the opportunity to buy made in Indonesia is very thin. Why?

Because the competitor country he thinks will glorify homemade country and assess the quality of Indonesia under them.

"Our competitor always tells us that PT PAL does not have the capability of multiplatform like that, in fact, technically, kapabiltiti using software can we do," said Budiman.

While in the Philippines plans to buy 2 units of ship type Strategic Sealift Vessel (SSV) with the same specifications with the ship previously made by PT PAL. "But they are asking Korea and the Netherlands, of course we are changing both geometric, design and specific capabilities." The technology is changing and progressing, "he added.

He is also optimistic that the Philippines will order SSW type ship to PT PAL. Budiman has met with the Philippine Defense Minister who is proud of the two previous SSV ships made by PT PAL. For investment, the bailout budget already exists and is ready to be used anytime with a value of Rp 5.7 Trillion.

"Our investment already exists, our working capital has export-import support, Jasindo and Askrindo Rp 5.7 trillion which is ready to be used anytime," he said. ***

http://ekbis.rmol.co/read/2018/07/18/348213/PT-PAL-Fokus-Garap-Pasar-Asia-
Translated directly with google translate... Sorry:(

65046990131f1a37ef20e870a10dc9e4.jpg
4b7a0ad858679224ac7e1937e0b137c2.jpg
1682e45fe11524ef996142613e02682d.jpg
45b8c0923551f000909f4b9a4663f6d4.jpg



f9703feb3ebb14ea37cc2464511dcb7a.jpg

http://tz.ucweb.com/7_38tK7
Credit to aryo nugroho
 
. . . .
KCR-60M Batch-1: Setelah Rudal Anti Kapal Dilepas, Akankah Dibentuk Kelompok Kapal Perang Baru?
indomiliter | 19/07/2018 | Berita Matra Laut, Berita Update Alutsista, Kanon, Kapal Perang, Rudal | No Comments
FacebookTwitterWhatsAppLineCopy LinkEmail

IMG-20171228-WA0002.jpg


Diserahkannya review desain Kapal Cepat Rudal 60M (KCR-60M) batch-1 dari BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) kepada Kementerian Pertahanan RI, menyiratkan beberapa upaya penyempurnaan pada struktur dan performa kapal perang pengusung rudal anti kapal tersebut. Dari hasil evaluasi internal, KCR-60M batch-1 yang terdiri dari KRI Sampari 628, KRI Tombak 629 dan KRI Halasan 630 memang ditemui sejumlah kekurangan dan kelemahan.

Baca juga: ‘Sempurnakan’ KCR Sampari Class, BPPT Serahkan Rekomendasi Review Desain KCR-60M

Dikutip dari beberapa literasi, disebutkan KCR-60M batch-1 memiliki radar cross section (RCS) yang relatif lemah. Tim KCR60 BPPT menyebut kelemahan terdapat pada bentuk bangunan atas dan lambung kapal yang mudah terdeteksi radar musuh. Pengaruh interferensi gelombang elektro magnetik pada pemasangan beberapa antena komunikasi di kapal juga menjadi perhatian oleh para desainer, pasalnya gangguan interferensi akan mengurangi kinerja antena dalam komunikasi.

Dari sisi kemampuan manuver, KCR-60M Batch-1 juga dinilai kurang handal untuk menghadapi gelombang tinggi di lautan. Untuk itu, PT PAL sudah melakukan upaya perbaikan pada KCR-60M Batch-2, dimana sudah dipasang fin stabilizer guna meningkatkan stabilitas kapal. Dari tiga pesanana KCR-60M Batch-2, yang sudah diluncurkan adalah KRI Kerambit 627.

Pada KCR tersebut sudah dilakukan beberapa langkah modifikasi, seperti peningkatan pada main engine, dari yang tadinya 2 x 2880 kW ditingkatkan menjadi 2 x 3900 kw untuk mendukung kecepatan maksimum 28 knot dalam kondisi full load. Selain itu ada penambahan telescopic cranedari yang tadinya berkapasitas 1 ton menjadi 2 ton. Di bacth-2 juga sudah dibekali teknologi sewage treatment plant, sehingga ada pengolahan limbah secara mandiri.

IMG-20171228-WA0001.jpg

Sampari Class (KCR 60) sebelum dilakukan modernisasi, masih terlihat pekuncur rudal C-705.
kri-sampari-628-dengan-ak-630-lembaga-keris.jpg

KRI Sampari 628 setelah selesai di modernisasi, nampak terpasang kanon NG-18 dan tidak terlihat peluncur rudal C-705 (digantikan posisi RHIB).
Walau ditemui beberapa masalah pada KCR-60M Batch-1, tak lantas tiga kapal perang yang sudah operasional tersebut dianaktirikan. Justru KCR-60M Batch-1 atau yang kondang disebut Sampari Class mengundang perhatian para pemerhati alutsista, pasalnya setelah dua kapal (KRI Sampari 628 dan KRI Tombak 629) merampungkan tahapan modernisasi sistem persenjataan di galangan PT PAL, kedua kapal cepat rudal tersebut malah terlihat ‘kehilangan’ kemampuan serang jarak jauhnya.

Fokus ke area buritan dimana sebelumnya terdapat peluncur rudal anti kapal C-705, kini telah dilepas, dan sebagai gantinya adalah berdirinya satu pucuk kanon reaksi cepat CIWS (Close In Weapon System) enam laras kaliber 30 mm, yaitu NG-18 buatan Norinco, Cina. NG-18 (Type630) tak lain adalah copy-an dari AK-630M buatan Rusia. NG-18 sebelumnya sudah dipasang pada anjungan KCR KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642. Selain keberadaan kanon, nampak pula dibelakangnya satu unit RHIB (Rigid Hull Inflatable Boat) lengkap dengan crane-nya.

cimg9855_zpsb3fa0e1d.jpg

Kanon CIWS NG-18
Dengan hilangnya peluncur rudal anti kapal di KCR-60M batch-1, lantas menyiratkan pertanyaan, apakah nantinya TNI AL akan membuat definisi kapal kombatan baru? Keluarga KCR yang masuk ke dalam Satuan Kapal Cepat (Satkat) terdiri dari kelompok KCR dan KCT (Kapal Cepat Torpedo), bila tidak ada lagi peran rudal di KRI Sampari 628 dan KRI Tombak 629, mestinya kedua kapal tersebut tidak tepat lagi menyandang label KCR.

Sumber Indomiliter.com di lingkungan TNI AL menyebut sampai saat ini belum ada penentuan untuk penggolongan jenis kapal baru. “Yang jelas kedua kapal sesuai dengan nomer lambungnya (6xx), masih berada di dalam Satkat,” ujar sumber Indomiliter.com.

Tanda-tanda diadopsinya persenjataan dari Cina untuk Sampari Class telah menguat sebelumnya, seperti adopsi CMS (Combat Management System) dan sistem rudal anti kapal C-705. Selain adopsi kanon reaksi cepat, paket upgrade yang kedepan akan dilakukan pada KCR Sampari Class adalah memasang kanon 57 mm pada haluan, maklum saat ini yang terpasang masih kanon yang dioperasikan manual, Bofors 40 mm L/70 lengkap dengan kubahnya.

1jGxx.jpg


Baca juga: Burevestnik A-220M – Terpilih Sebagai Kanon di Haluan KRI Tombak 629 dan KRI Halasan 630

NG-18
Daya tembak kanon NG-18 digadang maksimum hingga 4.000 meter dan jarak tembak minimum 500 meter. NG-18 dengan kecepatan tembak 4.000 – 5.000 proyektil per menit, dipercaya sanggup mematahkan serangan dari rudal anti kapal.

Bersamaan dengan instalasi kanon CIWS NG-18, maka juga dipasang radar pengendali tembakan TR-47C dan radar searching SR-47AG.TR-47C bisa disebut sebagai elemen vital pada moda operasi kanon NG-18, tanpa radar ini maka kanon tak dapat difungsikan secara optimal. TR-47C dilengkapi dengan built in electro optical sensor berupa TV dan infra red tracker. Radar ini beroperasi di frekuensi J band pada rentang 15.7 dan 17.3 Ghz. Janngkauan penjejakan radar ini ditaksir hingga radius 9 Km. Selain radar TR-47C, di puncak menara kapal terdapat radar intai SR-47AG, radar ini dapat mendeteksi sasaran di udara dari jarak 40 Km dan deteksi sasaran pada permukaan sejauh 25 Km. (Haryo Adjie)
 
. .
.
Airbus defence unit close to A400M export deal
  • 15 JULY, 2018
  • SOURCE: FLIGHTGLOBAL.COM
  • BY: CRAIG HOYLE
After enduring a tough time with its A400M tactical transport, Airbus Defence & Space appears poised to secure its first new export order for the Atlas.

"The tide has turned now, with the [partner] nations using the aircraft in operational and humanitarian relief missions," says Fernando Alonso, the company's head of military aircraft.

"Now is the right time to go for export," he told FlightGlobal at the Royal International Air Tattoo on 13 July. "We have some export campaigns active: one of them is very active, and I think that in the next months we can probably sign a first contract."

Alonso will not identify the potential buyer, but the programme's strongest recent signal of interest came in March, when Jakarta's state-owned Indonesia Trading Company announced plans to acquire two A400Ms to ferry goods around the nation. The aircraft would be operated by Indonesian air force pilots, it said.

The Atlas was developed for European partners Belgium, France, Germany, Luxembourg, Spain, Turkey and the UK, which will take a combined 170 examples. Airbus's only other success with the type so far has been with Malaysia, which has received four of the airlifters.

Read more: https://www.flightglobal.com/news/articles/airbus-defence-unit-close-to-a400m-export-deal-450207/
 
.
timawa was a pretty popular defense forum 3-4 years ago... I used to be a member there, but then it vanished

i used to lurk there silently, but Opus took the site down since Duterte rose to presidency. He despise that man :D


KN.Tanjung Datu took part on Joint-Ex ‘Drug Interdiction at Sea and SAR Ops.’ (Tanjung Priok, 10/7/18)

tanjungdatu.jpg
 
Last edited:
. .
Airbus defence unit close to A400M export deal

The operative word is "close to". Meaning it's hasn't been inked. And from what I can see this deal is exceptionally influenced by EU discrimination against CPO derivative product and any other significant trade deal between EU & Indonesia

i used to lurk there silently, but Opus took the site down since Duterte rose to presidency. He despise that man :D

The majority of Phinoy poster in any defence forum were "against" Duterte war on drug. That alone already tell what kind of person they are. (they are pro drug & crime)
 
. .
Combat engineering batt.

37293821_1890739640948471_2837292109118046208_o.jpg
37579561_1890739664281802_3825160606109925376_o.jpg
37290158_1890739624281806_6529103116082610176_n.jpg
37487946_1890739737615128_4505214732642287616_o.jpg


The operative word is "close to". Meaning it's hasn't been inked. And from what I can see this deal is exceptionally influenced by EU discrimination against CPO derivative product and any other significant trade deal between EU & Indonesia



The majority of Phinoy poster in any defence forum were "against" Duterte war on drug. That alone already tell what kind of person they are. (they are pro drug & crime)

Digong way to combating criminal and drugs is disgusting and inconstitutional, above the law. I had talking a lot in this forum how different our Country approach and him. Meanwhile our forces and Country using law as tools and trying to suppress the roots of drugs problem , Digong using violence (like shooting to death small fry peddlers and junkies) to curb the phenomenon on surface without touching the source of problems (Large scale drug dealer, Drugs factories, and their financier). Digong approach is more like the way Philippine using short terms violence to curb terrorism and guerrila warfare in Southern Philippine but failed to address the main problems why violence arise there. Thats the short minded person he is
 
.
Back
Top Bottom