Rapat Penjajakan Kerja Sama Indonesia-Perancis: Tantangan Baru LAPAN Menghadapi Perbedaan Skala Teknologi
Selasa (04/10), bertempat di Ruang Jayakarta Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, LAPAN melakukan koordinasi dalam rangka penjajakan kerja sama Indonesia-Perancis. Kegiatan ini sebagai tindak lanjut hasil pemaparan hari pertama workshop Indonesia-Perancis bidang teknologi antariksa. Kegiatan ini diselenggarakan dalam upaya identifikasi kebutuhan kerja sama kedua pihak. Berdasarkan bidang-bidang kerja sama yang telah dipaparkan sebelumnya, sekaligus kegiatan kali ini dilakukan untuk mengidentifikasi mitra kerja sama yang cocok.
Deputi Bidang Teknologi Penerbangan dan Antariksa, Dr. Rika Andiarti, bertindak sebagai pimpinan delegasi Indonesia. Hadir dalam pertemuan jajaran pejabat LAPAN, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
Pertemuan dua pihak ini diawali dengan membandingkan kerangka kerja sama. LAPAN menyampaikan kebutuhan kerja sama dengan tabel kebutuhan kerja sama masing-masing satuan kerja (satker) yang ada di LAPAN. Sedangkan pihak Perancis memaparkan kebutuhan berdasarkan sudut pandang tematis bidang kerja sama. Usai menyampaikan kebutuhan masing-masing, selanjutnya dilakukan perincian garis besar kebutuhan dari kedua konsep, baik dari pihak LAPAN maupun
Centre National d’Etudes Spatiales (CNES). Kemudian keduanya melakukan identifikasi mitra-mitra yang bakal terlibat dalam rencana kerja sama.
Menurut Kepala Bagian Kerja Sama LAPAN, Leo Rijadi, garis besar pertemuan ini dikelompokkan ke dalam dua kegiatan, yaitu
capacity building (termasuk
degree,
non-degree, dan kerja sama riset) dan bantuan teknis, juga tenaga profesional pengoperasian alat maupun sistem. Untuk kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia LAPAN akan memperoleh dukungan dari mitra pihak Perancis seperti IAS, ISAE-SUPAERO, CNES, dan universitas. Kemudian untuk mendukung kegiatan teknis operasional LAPAN didukung oleh TAS dan Airbus.
Untuk mengintensifkan rapat awal penjajakan, maka tahap selanjutnya akan dilakukan komunikasi yang lebih erat antar mitra yang sudah teridentifikasi, untuk merumuskan kegiatan kerja sama. Maka, LAPAN segera menyusun dokumen Perjanjian Kerja Sama atau
Implementing Arrangement, termasuk hal-hal mengenai mobilitas personil, penjadwalan, identifikasi
milestone, dan sumber pendanaan.
Menariknya, di dalam rancangan kerja sama kedua negara ini, memang ada perbedaan skala teknologi antara LAPAN dan CNES. Contoh perbedaan tersebut antara lain, LAPAN ingin mengembangkan mikro dan
small satellite, sementara CNES berpengalaman di satelit besar, kemudian LAPAN ingin mendalami UAV, sedangkan Airbus sudah mengoperasikan pesawat penumpang komersil. Contoh lainnya lagi adalah LAPAN ingin meningkatkan penguasaan sounding roket, sedangkan roket CNES sudah sangat jauh daya jangkaunya.
Sementara untuk pelaksanaan kegiatan bidang pendidikan atau edukasi bergelar, personil LAPAN tetap wajib mengikuti seleksi atau kompetisi proposal, sama dengan peserta lain. Artinya, kegiatan tersebut tetap berjalan tanpa adanya payung atau kerangka kerja sama.
Penjajakan kali ini merupakan pengalaman baru bagi LAPAN untuk menyatukan persepsi kedua pihak, agar ditemukan sinergitas kerja sama yang baik dan saling menguntungkan.
http://www.lapan.go.id/index.php/su...ru-LAPAN-Menghadapi-Perbedaan-Skala-Teknologi
this part of Indonesian deal with Airbus military
we will go further with "Western" road after all, maybe with little Ukrainian and Belarussian touch............
Workshop Indonesia – Perancis: Menggali Peluang Kerja Sama Bidang Penerbangan dan Antariksa
Penulis Berita : Humas/AP-And • Fotografer : Humas/And • 03 Oct 2016
Senin (03/10,) LAPAN bekerja sama dengan Centre National d’Etudes Spatiales (CNES), Perancis mengadakan workshop tentang teknologi penerbangan dan keantariksaan. Acara yang diselenggarakan di Ballroom Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta ini bertemakan “Indonesia-France Workshop in Aerospace Technology: Advancing Indonesia Capacity through International Cooperation”.
Dalam sambutannya, Duta Besar Perancis untuk Indonesia, H.E Ambassador Corinne Breuze mengatakan bahwa workshop kerja sama antara Indonesia dan Perancis dalam bidang keantariksaan ini untuk pertama kalinya digelar. “Teknologi keantariksaan adalah hal yang penting untuk kemaslahatan masyarakat, khususnya bagi para insinyur teknik keantariksaan”, ujarnya. Ia juga menjelaskan bahwa setelah workshop ini, akan ada pembahasan naskah kerja sama (MoU) antara LAPAN dan CNES. Selanjutnya, akan ada evaluasi untuk mengimplementasikan MoU tersebut di waktu yang akan datang.
Dalam keynote speech, Kepala LAPAN, Prof. Dr. Thomas Djamaluddin menjelaskan tentang empat Pilar Utama LAPAN terkait bidang sains antariksa dan atmosfer, penerbangan dan antariksa, penginderaan jauh, dan kebijakan penerbangan dan antariksa. Untuk mencapai kekuatan pilar tersebut, LAPAN mempunyai tujuh program utama, yang pelaksanaannya dijabarkan ke dalam kegiatan-kegiatan riset penerbangan dan antariksa, dengan rencana program 25 tahun mendatang.
Dalam kesempatan ini, Kepala LAPAN mengenalkan produk riset LAPAN dengan tahapan kegiatan yang telah dicapai dan yang direncanakan di masa mendatang. Beberapa kegiatan yang disampaikan antara lain, rencana pembangunan observatorium di Kupang, Nusa Tenggara Timur, keberadaan fasilitas Radar Atmosfer Ekuator di Agam, Sumatera Barat, Sadewa sebagai sistem informasi untuk peringatan dini bencana berbasis teknologi satelit, perkembangan teknologi pesawat tanpa awak, dikenal dengan LAPAN Surveillance UAV (LSU), pengembangan pesawat transportasi, pengembangan satelit yang dimulai dengan pembangunan satelit eksperimental dan akan dikembangkan sampai dengan satelit operasional, riset teknologi peroketan, dan pemanfaatan teknologi penginderaan jauh.
Thomas berharap, dengan workshop ini, LAPAN dan CNES dapat berkerja sama untuk mengembangkan kapasitas masing-masing dalam bidang teknologi keantariksaan.
Staf Ahli Bidang Infrastruktur Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Hari Purwanto, menyambut baik workshop yang diadakan oleh LAPAN dan CNES. Seperti yang ia sampaikan bahwa “Kementerian sangat mengerti bahwa hal ini adalah untuk meningkatkan kemampuan masing-masing pihak dalan bidang keantariksaan.”
Hari menjelaskan, adanya 4300 universitas dengan 7,5 juta mahasiswa di Indonesia serta 11 universitas dengan level internasional, menjadi modal dasar pendukung peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Maka, ia mengajak Kepala LAPAN untuk melibatkan perguruan tinggi dalam meningkatkan kemampuan Indonesia dalam bidang keantariksaan.
Untuk itu, ia berharap dengan diadakannya workshop ini, dapat memperluas kerja sama Indonesia dengan Perancis, serta meningkatkan keuntungan bersama untuk kedua belah pihak. Senada dengan hal tersebut, harapan pihak CNES, Donato Giorgi, “Ada dua alasan bagi kami akan menjalin kerja sama yang erat dengan LAPAN, pertama karena hubungan erat sejak 2012, bahwa Indonesia sebagai partner yang penting untuk Perancis, untuk subyek kegiatan keantariksaan. Kedua, setiap negara mempunyai keunikan sendiri-sendiri, kami menganggap Indonesia mempunyai spesialisasi yang menarik dalam hal kondisi geografisnya. Contohnya, kita bisa belajar bersama tentang teknologi AIS untuk pemantauan lalu lintas kapal,” terangnya.
Untuk itu, harapan kedua pihak, melalui kegiatan tersebut dapat diciptakan sinergitas kerja sama, dengan menggali peluang-peluang kerja sama, yang dipaparkan melalui sesi diskusi paralel yang akan berlangsung selama dua hari ini. Sebagaimana harapan Kepala LAPAN, yaitu peningkatan implementasi kerja sama yang sudah dibina sebelumnya, dan menyusun langkah-langkah baru peluang kerja sama di bidang lainnya. “LAPAN telah menjalin kerja sama meskipun dalam konteks parsial di bidang penginderaan jauh, terkait pemanfaatan data Spot, maka dari sini lah, peluang kerja sama akan dikembangkan,” tegasnya.
Kegiatan ini dihadiri para perwakilan institusi internasional, seperti CNES, ONERA, Airbus, TAS Singapore, ISAE, IAS,CLS, IRD, Universitas Montpellier, CIRAD, serta institusi dalam negeri antara lain ITB, PT. DI, TBC Kemenristekdikti, BMKG, KKP, IPB, UGM, Kementerian Pertanian, dan LAPAN sendiri.
http://www.lapan.go.id/index.php/su...g-Kerja-Sama-Bidang-Penerbangan-dan-Antariksa
@Taygibay
this news is all about on how to enhancing Indonesian research and development in Aeronautica technology, including research in rocket science, UAV development, satellite technology, remote sensing and among other with France institutes as the main partner like Centre National d’Etudes Spatiales/ CNES and Airbus military.....
General Lecture Prof Qin Shi Yin
Penulis Berita : Tim Diseminasi • Fotografer : Tim Diseminasi • 07 Oct 2016 • Dibaca : 30 x ,
Hari senin 26 sept 2016, Prof Qin Shi Yin, guru besar Bei hang University , Beijing yang sedang berada di Indonesia setelah menghadiri ISAST 2016 di Lombok 20-22 september 2016 mengadakan general lecture di Pusat Teknologi Roket Lapan dengan judul “ Detection Tracking of Small Dim Target for Airbone Infrared Reconnaissance System”. Peserta general lecture adalah para peneliti program kendali dan uji statik roket. Acara dibuka dan dipimpin langsung oleh Kabid Diseminasi Ibu Lilis Mariani, M.Eng, dan dihadiri oleh Kepala Pusat Teknologi Roket Bapak Drs Sutrisno, MSi .
General lecture didahului dengan pemaparan hasil riset Prof Qin Shi Yin. Presentasi ini menampilkan metoda baru untuk mendeteksi target dengan cara memfilter noise dari background menggunakan pendekatan optimasi.
Tantangan yang dihadapi riset ini adalah fase deteksi yang dilakukan sedini mungkin, ketika target masih terlihat sangat kecil di layar kamera. Konsekuensi yang menyertai fase ini adalah jarak yang jauh, pengaruh atmosfer yang sangat dominan. Kendala deteksi target ketika masih kecil adalah rendahnya nilai SCR, textur belum kongkrit, dan bentuk seperti titik di angkasa. Hal yang memudahkan analisis adalah sinyal atmosfer bersifat gradual, kontinyu dan isotropis. Pendekatan Gauss digunakan untuk mengkompilasi sinyal atmosfer, target dan noise. Pendekatan Gauss PCA sanggup mengekstraksi background (L), sedangkan Gauss RPCA sanggup mengekstraksi nilai target (S).
Gauss PCA + optimalisasi = Gauss RPCA
Sedangkan sinyal target bersifat : titik singular yang sangat anisotropis
Dalam forum diskusi/tanya jawab, beberapa peneliti Lapan menanyakan antara lain:
Tanya: Bagaimana batas terendah dari noise/gangguan?
Jawab: Jika image nya sama, maka tidak dapat dilakukan pengukuran
Tanya: Kenapa memilih Infra merah dan kenapa memilih universal camera?
Jawab: Karena system ini untuk diluar ruangan maka diperlukan alat/sensor yang praktis sehingga dipilih infra red.
Tanya: Bagaimana system ini dapat menggabungkan dengan fenomena Alam?
Jawab: Dengan pengaturan parameter, lebih banyak membuat percobaan, perhatikan gangguan yang ada (noise disturbance), noise sangat sulit untuk diprediksi, maka diperlukan banyak eksperimen untuk mengumpulkan data.
Saran: Diperlukan pemetaan noise
Jawab: Betul, dalam percobaan dapat dilakukan penambahan noise.
Tanya: Apakah pernah mencoba dengan membandingka menggunakan Kalman filter?
Jawab: Tergantung pada modul yang digunakan, Kalman filter adalah sangat penting untuk modifikasi parameter guna meningkatkan hasil yang optimal.
Tanya: Persyaratan minimum apa yang diperlukan / seperti bagai,mana kecepatan prosesor dalam system ini?
Jawab: Harus spesifikasi militer.
Tanya: Bagaimana kecepatan proses image per detik?
Jawab: Tergantung pada algoritma yang ditetapkan.
Tanya: Berapa kemampuan skala minimum data yang bias diolah?
Jawab: 1 pixel.
Di akhir acara Prof Qin Shi Yin mengundang peneliti-peneliti Lapan untuk melakukan penelitian dan melanjutkan studi S2 , S3 di Bei hang University,Beijing.
http://pustekroket.lapan.go.id/inde...16/69/General-Lecture-Prof-Qin-Shi-Yin/berita