the only achievable Huge area of effect EMP blast is simply by setting off nuke in Near Space Altitude .Stop dreaming on us having Nuclear weapon it's far more realistic for govt to create EMP, much more effective but less lethality.
Follow along with the video below to see how to install our site as a web app on your home screen.
Note: This feature may not be available in some browsers.
the only achievable Huge area of effect EMP blast is simply by setting off nuke in Near Space Altitude .Stop dreaming on us having Nuclear weapon it's far more realistic for govt to create EMP, much more effective but less lethality.
Ngimpi boleh aja asal ga ngganggu orang lain, Luhut aja juga ngimpi Indonesia punya nuklir kok. LolNo nuclear arms, better use conventional force but modern and integrated, kenek sanksi ekonomi kukut
SAM aja gk punya mau punya senjata nuklir wkwkwk
Iseng search Indonesian Nuclear weapon but i found fact that bangladesh has nuclear reactor
https://en.m.wikipedia.org/wiki/Rooppur_Nuclear_Power_Plant
Sedikit iri ya wkkwkwk
That's unusually quick from prototype to production model.Drone Elang Hitam BPPT Ditargetkan Patroli di Natuna Tahun DepanPurwarupa PUNA MALE Elang Hitam (EH-1) yang dikembangkan BPPT saat dipamerkan di Kementerian Pertahanan, Kamis 23 Januari 2020. Drone tempur ini diklaim bisa terbang 30 jam nonstop. FOTO/DOK BPPT
Reporter:
Moh Khory Alfarizi
Editor:
Erwin Prima
Rabu, 5 Februari 2020 15:25 Wib
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menargetkan pesawat nirawak atau drone PUNA MALE Elang Hitam akan berpatroli di Natuna, Kepulauan Riau, pada tahun 2021.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, rencana percepatan drone itu sudah dipaparkan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR pada Senin, 3 Februari 2020.
Menurut Hammam, pembangunan Elang Hitam sebagai pesawat nirawak dengan kemampuan kombatan akan segera diakselerasi. “Paparan terkait penguasaan teknologi drone tersebut juga saya sampaikan selanjutnya kepada Menristek/BRIN pada agenda rapat kerja,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Rabu, 5 Februari 2020.
Elang Hitam PUNA MALE merupakan kerja keroyokan BPPT, PT Dirgantara Indonesia, PT LEN Industri, Lapan, Institut Teknologi Bandung, TNI Angkatan Udara, serta Kementerian Pertahanan. Sosok drone Elang Hitam itu pertama kali dikeluarkan dari hanggar di kompleks PT Dirgantara Indonesia di Bandung, 30 Desember 2019.
Pekan lalu, kata Hammam, prototype PUNA Elang Hitam (EH-1), juga ditampilkan dalam Pameran Industri Pertahanan yang digelar oleh Kementerian Pertahanan. "Saat itu Presiden Jokowi bersama Menko Polhukam, Menteri Pertahanan, Kepala KSP, juga melihat langsung drone Elang Hitam buatan anak bangsa itu," ujarnya.
Drone itu dikembangkan sejak 2015 menjadi pesawat udara nirawak jenis medium altitude long endurance (PUNA MALE). Serangkaian uji dan pengembangan dijadwalkan dijalani Elang Hitam mulai tahun ini, dan ditargetkan mengantongi sertifikasi produk militer pada 2023.
"Namun, kalau ada percepatan, kita harapkan bisa tahun depan, sehingga bisa segera beroperasi, guna menjaga kedaulatan wilayah tanah air, seperti di langit Natuna, dan kawasan T3 (terluar, terdepan, tertinggal) lainnya,” tutur Hammam.
Hammam berharap, percepatan pembangunan drone Elang Hitam dapat segera terwujud. “BPPT bersama Konsorsium PUNA MALE Kombatan, siap melakukan akselerasi," tambah dia.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro mengatakan, untuk menjalani misi pertempuran, drone tempur itu juga akan dipersenjatai rudal. “Bareng-bareng kita punya program rudal nasional. Program roket itulah yang akan kami gabung, kami integrasikan,” kata dia, 30 Desember 2019 lalu.
Elfien mengatakan, PUNA MALE itu ditargetkan bisa menyamai drone CH-4 produksi Cina yang belum lama dimiliki oleh TNI Angkatan Udara. “Minimal harus sama, kalau bisa lebih,” kata dia.
Kendati masih harus mengembangkan Weapon System drone tempur tersebut, PT DI berencana mencoba menggunakan produk rudalnya untuk drone tempur ini. Rencananya PUNA MALE akan diintegrasikan dengan roket FFAR (Folding Fin Aerial Rocket) kaliber 70 milimeter produksi PT DI yang saat ini juga digendong pesawat tempur F-16 milik TNI AU.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
what missile should our Drone carry ?
Hellfire ? nah they were too complicated especially to allow US tech to integrate with our sista
SPIKE ? this one can be a good choice , but i think it's also hard to procure , unless Rafael have their own 3rd party child company like Elbit with their Ares .
Brimstone ? this could be the most perfect from the two missile mentioned above , Thales could help us to integrate it .
Mrk malahan dh bikin reaktor operasional PLTN. If 2023 finish, bangladesh have nuclear energy.Kita juga punya tiga reaktor nuklir sih walau skalanya masih kecil dan hanya untuk riset
https://bandung.kompas.com/read/201...nuklir-yang-belum-dimanfaatkan-secara-optimal
Have u seen the Thorium news yet?Mgkn kita akan ttp dgn batubara...
Drone Elang Hitam BPPT Ditargetkan Patroli di Natuna Tahun DepanPurwarupa PUNA MALE Elang Hitam (EH-1) yang dikembangkan BPPT saat dipamerkan di Kementerian Pertahanan, Kamis 23 Januari 2020. Drone tempur ini diklaim bisa terbang 30 jam nonstop. FOTO/DOK BPPT
Reporter:
Moh Khory Alfarizi
Editor:
Erwin Prima
Rabu, 5 Februari 2020 15:25 Wib
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menargetkan pesawat nirawak atau drone PUNA MALE Elang Hitam akan berpatroli di Natuna, Kepulauan Riau, pada tahun 2021.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, rencana percepatan drone itu sudah dipaparkan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR pada Senin, 3 Februari 2020.
Menurut Hammam, pembangunan Elang Hitam sebagai pesawat nirawak dengan kemampuan kombatan akan segera diakselerasi. “Paparan terkait penguasaan teknologi drone tersebut juga saya sampaikan selanjutnya kepada Menristek/BRIN pada agenda rapat kerja,” ujarnya, dalam keterangan tertulis, Rabu, 5 Februari 2020.
Elang Hitam PUNA MALE merupakan kerja keroyokan BPPT, PT Dirgantara Indonesia, PT LEN Industri, Lapan, Institut Teknologi Bandung, TNI Angkatan Udara, serta Kementerian Pertahanan. Sosok drone Elang Hitam itu pertama kali dikeluarkan dari hanggar di kompleks PT Dirgantara Indonesia di Bandung, 30 Desember 2019.
Pekan lalu, kata Hammam, prototype PUNA Elang Hitam (EH-1), juga ditampilkan dalam Pameran Industri Pertahanan yang digelar oleh Kementerian Pertahanan. "Saat itu Presiden Jokowi bersama Menko Polhukam, Menteri Pertahanan, Kepala KSP, juga melihat langsung drone Elang Hitam buatan anak bangsa itu," ujarnya.
Drone itu dikembangkan sejak 2015 menjadi pesawat udara nirawak jenis medium altitude long endurance (PUNA MALE). Serangkaian uji dan pengembangan dijadwalkan dijalani Elang Hitam mulai tahun ini, dan ditargetkan mengantongi sertifikasi produk militer pada 2023.
"Namun, kalau ada percepatan, kita harapkan bisa tahun depan, sehingga bisa segera beroperasi, guna menjaga kedaulatan wilayah tanah air, seperti di langit Natuna, dan kawasan T3 (terluar, terdepan, tertinggal) lainnya,” tutur Hammam.
Hammam berharap, percepatan pembangunan drone Elang Hitam dapat segera terwujud. “BPPT bersama Konsorsium PUNA MALE Kombatan, siap melakukan akselerasi," tambah dia.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro mengatakan, untuk menjalani misi pertempuran, drone tempur itu juga akan dipersenjatai rudal. “Bareng-bareng kita punya program rudal nasional. Program roket itulah yang akan kami gabung, kami integrasikan,” kata dia, 30 Desember 2019 lalu.
Elfien mengatakan, PUNA MALE itu ditargetkan bisa menyamai drone CH-4 produksi Cina yang belum lama dimiliki oleh TNI Angkatan Udara. “Minimal harus sama, kalau bisa lebih,” kata dia.
Kendati masih harus mengembangkan Weapon System drone tempur tersebut, PT DI berencana mencoba menggunakan produk rudalnya untuk drone tempur ini. Rencananya PUNA MALE akan diintegrasikan dengan roket FFAR (Folding Fin Aerial Rocket) kaliber 70 milimeter produksi PT DI yang saat ini juga digendong pesawat tempur F-16 milik TNI AU.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
what missile should our Drone carry ?
Hellfire ? nah they were too complicated especially to allow US tech to integrate with our sista
SPIKE ? this one can be a good choice , but i think it's also hard to procure , unless Rafael have their own 3rd party child company like Elbit with their Ares .
Brimstone ? this could be the most perfect from the two missile mentioned above , Thales could help us to integrate it .
the proposed MSR/LFTR are going to use barge or bulk carrier based which going to be stationed on the java northern shoreline , earthquake wont do much damage on something floating in water , and the fault line are on the other side of the island (southern shoreline are more prone to tsunami and quake rather than the northern one"Java Sea")I hope gov will use clean renewable energy like solar,hydro power and wind. Dont like nuclear is too dangerous and we stand in ring of fire earthquake will be a problem
New Recruit
No, Nuclear is clean energy and safe. Japan, China, and America are also Nuclear powerplant country in the ring of fire.I hope gov will use clean renewable energy like solar,hydro power and wind. Dont like nuclear is too dangerous and we stand in ring of fire earthquake will be a problem