INDONESIA
MENKO POLHUKAM TOLAK TAWARAN BANTUAN DUBES AS UNTUK ATASI PERSOALAN NATUNA
27 JANUARI 2020 DIANEKO_LC TINGGALKAN KOMENTAR
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, saat ini Indonesia tidak memerlukan bantuan dari negara mana pun untuk mengatasi persoalan di Perairan Natuna.
Dilansir dari laman
Kompas (25/ 1/ 2020), Ia bahkan mengaku telah menolak bantuan dari Amerika Serikat yang berniat membantu Indonesia menangani polemik dengan China di kawasan Laut China Selatan.
Pernyataan itu disampaikan Mahfud ketika bertemu dengan Duta Besar AS untuk Indonesia, Joseph Donovan Jr.
“Saya bilang enggak perlu kerja sama dengan Amerika soal urusan itu,” kata Mahfud di kantor PB Nahdlatul Ulama, Jakarta, Sabtu (25/1/2020).
Menurut Mahfud MD, jika Indonesia menerima bantuan dari AS, maka bisa saja terjadi konflik dengan China.
Mahfud menegaskan sikap Indonesia tegas bahwa tidak pernah mengakui Nine-Dash Line atau sembilan garis putus-putus di Laut China Selatan seperti klaim China.
Ia mengatakan, Indonesia berpegang pada Konvensi United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982 yang menyatakan kawasan perairan itu merupakan bagian dari Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.
REPORT THIS AD
“Kalau kita kerja sama dengan Amerika, berarti kita perang dengan China. Padahal kita tidak (bersengketa). Pokoknya kita usir,” ujar Mahfud MD.
“Sehingga kita tidak terjebak pada perang proksi. Kita enggak mau, enggak ada perundingan dengan China. Enggak perlu bantuan (AS),” kata dia.
Sebelumnya, Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian mengatakan, tidak ada perselisihan antara China dengan Indonesia ihwal teritorial.
Persoalan yang belakangan ini mencuat terkait perairan Natuna, kata dia, pada dasarnya berkaitan dengan overlapping atau tumpang tindih area perairan.
Hal ini disampaikan Xiao Qian usai bertemu dengan anggota Komisi I DPR, Syarief Hasan, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (24/1/2020).
“Pertama, tidak ada perselisihan antara Indonesia dengan China terkait teritorial kita,” kata Xiao Qian.
“Perselisihan sebenarnya adalah karena ada overlapping area perairan. Dan ini berbeda dari perselisihan teritorial,” tuturnya.
Xiao Qian mengatakan, China sepenuhnya mengakui bahwa Natuna adalah milik Indonesia. China pun tidak pernah mempersoalkan itu. Begitupun, China memiliki teritori sendiri yang tidak pernah dipersoalkan oleh Indonesia.
REPORT THIS AD
Meski ada perbedaan pandangan antara China dengan Indonesia atas hal ini, Xiao Qian mengatakan hal tersebut tak jadi masalah.
“Dan dari pandangan yang berbeda tentang isu ini, kita akan membicarakan persoalan ini di negara kita melalui dialog diplomatik, seperti yang kita lakukan sebelumnya. Pembicaraan di antara para dubes, menteri, kita akan membicarakan itu,” ujarnya.
Photo: ATLANTIC OCEAN (July 23, 2008) The aircraft carrier USS Theodore Roosevelt (CVN 71) navigates in the Atlantic Ocean during integrated French and American carrier qualifications and cyclic flight operations. The Theodore Roosevelt Carrier Strike Group is participating in Joint Task Force Exercise “Operation Brimstone” off the Atlantic coast. U.S. Navy photo by Mass Communication Specialist 3rd Class Jonathan Snyder (Released)
Editor: (D.E.S)
Lapan Ajukan Rp 431 Milyar untuk Pembuatan N219 Amphibi
27 Januari 2020
Pesawat amfibi N219A (al images : Lapan)
Lapan Garap Pesawat Amphibi, Target 2024 Bisa Terbang Perdana
PROKAL.CO, JAKARTA– Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) terus menggarap proyek pesawat nasional. Setelah sebelumnya sukses dengan pesawat N219, saat ini Lapan mengerjakan pesawat serupa, tapi dengan kemampuan di darat dan perairan (amfibi).
Lapan memberi nama pesawat baru itu N219 Amphibi (N219A). Kepala Pusat Teknologi Penerbangan (Pustekbang) Lapan Gunawan Setyo Prabowo menyatakan, anggaran pembuatan pesawat itu dimulai tahun ini. ’’Kita sudah mau kontrak dengan vendor float-nya,’’ katanya (18/1).
Dia menuturkan, pembuatan pesawat amfibi itu sekaligus menunggu proses sertifikasi (type certificate/TC) dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Untuk anggaran pembuatan pesawat N219A, Lapan mengajukan biaya Rp 431 miliar.
’’(Target, Red) deliver-nya 2024, sesuai program,’’ jelasnya. Maksud target deliver itu adalah pesawat sudah jadi dan telah mendapat amandemen atau sertifikat TC dari Kemenhub. Gunawan mengatakan, Lapan optimistis dengan target tersebut.
Dia menyebutkan bahwa pesawat N219A bisa difungsikan sebagai armada penerbangan perintis. Terutama di daerah khusus seperti pegunungan, pesisir pantai, danau, serta daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) lainnya. Gunawan juga menjelaskan bahwa program N219 dikerjakan SDM serta insinyur muda yang memiliki pengalaman. Industri komponen dalam negeri juga dilibatkan.
Menurut dia, pangsa pasar pesawat amfibi di Asia-Pasifik sangat bagus karena sesuai dengan letak geografisnya yang didominasi negara-negara kepulauan. ’’Pengembangan pesawat amfibi tentu memiliki isu-isu berbeda dibanding dengan pesawat pada umumnya,’’ katanya. Sejumlah tahapan pengkajian floating landing gear, training pilot, sertifikasi, dan suku cadang segera dipersiapkan dengan baik.
’’Indonesia membutuhkan moda transportasi yang cepat dan efisien dalam mendukung destinasi wisata, khususnya untuk konektivitas pulau-pulau kecil,’’ papar Kepala Lapan Thomas Djamaluddin.
Menurut dia, pesatnya pembangunan bandara di sejumlah daerah dirasakan kurang dan belum bisa mewadahi daerah yang lokasinya sempit serta konturnya tidak memungkinkan. Karena itu, pesawat amfibi bisa menjadi pilihan untuk menjangkau daerah khusus tersebut.
Thomas menyampaikan, proyek pesawat N219 masuk program prioritas riset nasional (PRN). Dalam program pesawat transportasi nasional itu tidak akan ada duplikasi, baik penelitian maupun pengembangannya. Sementara itu, untuk pesawat N219A, dia berharap ada sinergi yang lebih luas di sejumlah kementerian dan lembaga. Tujuannya, potensi nasional bisa dimanfaatkan dan pola penganggaran tidak terkotak-kotak atau sektoral. Dengan demikian, penggunaan anggaran lebih efisien dan dapat ditingkatkan.
(
ProKal)