A detail article of Indonesia first MALE UAV.
https://angkasa.news/hot_news/detai...hitam-akan-dilengkapi-senjata-pada-tahun-2024
Asli Buatan Indonesia, Drone Elang Hitam Akan Dilengkapi Senjata Pada Tahun 2024
Selasa, 31 Desember 2019 17:10
Penulis :
Beny Adrian
Drone MALE dengan nama Elang Hitam. Sumber: angkasa.news/ beny adrian
Angkasa.news – Sebuah kebanggaan tentunya bisa menyaksikan peluncuran (
roll-out) pesawat terbang nir awak (PUNA) dengan kemampuan MALE (
medium altitude long endurance). Dalam kondisi yang berbeda, mengingatkan kita ketika pesawat N250 diluncurkan puluhan tahun lalu dari tempat yang sama.
Bertempat di hangar rotary wing PT Dirgantara Indonesia (PTDI), Konsorsium Pengembangan PTTA (pesawat terbang tanpa awak, nama lain dari penyebutan PUNA) Kelas MALE secara resmi meluncurkan drone, Senin (30/12).
Berhubung Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro batal hadir karena harus mengikuti kegiatan presiden, prosesi peluncuran diikuti pemberian nama drone ini pun diserahkan kepada Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr. Hammam Riza.
“Menristek memberikan nama kepada MALE ini adalah Elang Hitam, Black Eagle,” ucap Hammam di ujung sambutannya. Dengan kata lain, kehadiran
Elang Hitam akan melengkapi dua drone yang sudah dikembangkan pemerintah selama ini yaitu
Wulung dan
Alap-Alap.
Tampilan
Elang Hitam memang mudah dikenali. Hidung besar sebagai rumah bagi sistem avionik, kamera, dan muatan lainnya seperti sensor optik dan infra merah, mengingatkan kita kepada drone yang sudah beroperasi di dunia. Begitu juga ekor model gawangan dengan mesin ditanam di belakangnya, memang persis MQ-9
Reaper.
Penekanan tombol sirine tanda roll out drone MALE Elang Hitam. Sumber: angkasa.news/ beny adrian
Konsorsium Pengembangan PUNA
Elang Hitam terdiri dari Kementerian Pertahanan (Kemhan), BPPT, TNI AU, Lapan, PTDI, PT Len, dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Konsorsium ini dibentuk pada 2015 yang secara formal disahkan melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) pada 2017.
Dari kesepakatan tahun 2015, turut disepakati
design, requirement, objective (DRO) dari MALE yang diinginkan.
Proses perancangan dimulai dengan
preliminary design, basic design, dan kemudian dilanjutkan pembuatan dua model untuk uji terowong angin pada 2016 dan 2018.
Pengembangan PUNA atau PTTA Elang Hitam dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan TNI AU yang diproyeksikan akan mengoperasikan drone MALE dalam jumlah banyak dalam beberapa tahun ke depan.
Namun untuk memenuhi kebutuhan cepat saat ini, TNI AU membeli enam drone CH-4 Rainbow buatan China. Menurut Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto beberapa waktu lalu, TNI AU akan mengoperasikan dua skadron drone dengan kekuatan enam pesawat CH-4.
“Inisiasi pelaksanaan riset MALE ini diawali oleh Balitbang Kemhan dan PTDI tahun 2015-2016. Program konsorsium MALE merupakan proyek strategis nasional sebagaimana diinginkan BUMN industri pertahanan untuk peningkatan kemandirian industri pertahanan,” ungkap Dirut PTDI Elfien Goentoro.
Dari spesifikasi
Elang Hitam (
Black Eagle) yang dipaparkan saat
roll out, disebutkan bahwa drone karya anak bangsa ini mampu terbang hingga 30 jam.
Dengan pengendalian
multiple unmanned aerial vehicle secara simultan, konsep operasi MALE memungkinkan TNI mampu melakukan pengawasan di darat dan laut.
Tampak belakang Elang Hitam yang menggunakan mesin baling-baling. Sumber: angkasa.news/ beny adrian
Kebutuhan pengawasan dari udara yang efisien dan kemampuan
payload lebih besar dengan jangkauan radius terbang juga lebih jauh, merupakan sebuah kebutuhan bagi Indonesia.
“Ini tentu untuk mengantisipasi persoalan dan ancaman terhadap NKRI terutama masalah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan dan pencurian sumber daya alam,” urai Hammam sambil menambahkan bahwa pembangunan industri pertahanan harus menjadi niat kita semua.
Hammam juga menegaskan bahwa kebijakan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) harus ditempatkan sebagai kebijakan strategis dan dijalankan oleh semua pihak terkait dalam rangka menghadirkan teknologi kunci untuk MALE.
Teknologi kunci dimaksud adalah FCS (
flight control system) untuk memampukan
Elang Hitam melakukan
auto take off dan
landing. Hammam juga menyinggung teknologi kunci lainnya mulai dari
mission system, weapon, platform integration,
material composite,
synthetic aperture radar,
inertial navigation system,
electro optic targeting system, dan
guidance system.
“Teknologi kunci ini tidak dapat diberikan negara lain secara cuma-cuma. Tidak ada lagi hal yang lebih patut kita laksanakan dengan menguasai teknologi ini. Penguasaan teknologi adalah amanat UU,” tegas Hammam kepada
angkasa.news.
"Elang Hitam akan menjadikan kekuatan kita dalam melaksanakan ISTAR,” yakin Hammam. ISTAR adalah singkatan dari
intelligence, surveillance, target acquisition,
recoinnassance.
Penegasa Hammam diaminkan oleh anggota Komisi I DPR RI Muhammad Farhan yang juga menyaksikan
roll out.
“Kita negara ASEAN pertama yang berani membuat sendiri UAV MALE,” ungkap mantan penyiar radio ini. Farhan memastikan dukungan maksimal dari Komisi I dalam program pengembangan MALE ini.
“Secara politik kita kuat dan Komisi I komitmen TKDN 40 persen harus terpenuhi 2024. Kita harus
development, walau mahal ya tidak apa-apa tapi kita harus memilikinya, jangan beli lagi,” aku Farhan.
Menurut Dirut PTDI Elfien Goentoro, Elang Hitam akan melengkapi dua skadron UAV yang dioperasikan TNI AU. “Nanti kan jadi dua skadron, CH-4 beli enam dan kita lengkapi jadi 10. Kita masih punya waktu sampai jadi kombatan tahun 2024,” jelasnya.
Drone MALE Elang Hitam akan menjadi kekuatan udara yang dioperasikan TNI AU. Sumber: angkasa.news/ beny adrian
Menyinggung CH-4, Farhan mengakui bahwa pembangunan
Elang Hitam bisa jadi akan membawa dampak politik karena masalah industri pertahanan menjadi persaingan internasional.
“Kita mengetahui bahwa risiko politisasi dan lobi-lobi bisnis industri pertahanan dunia pasti ada. Semakin sedikit keterlibatan manusia dan alutsista, makin rentang untuk mengundang
hacker kelas dunia,” kata Farhan kembali menegaskan bahwa Indonesia mempunya
political will yang kuat dalam membangun drone MALE.
Roadmap pengembangan MALE ditetapkan dari 2019 hingga 2024. Program ini dibagi menjadi dua tahap hingga nantinya menjadi MALE Kombatan.
Fase 1 dengan kemampuan ISTAR (
non-weaponized) dilaksanakan dari 2019-2023. Dilanjutkan Fase 2
weaponized pada 2023-2024.
Rencananya prototipe pertama drone
Elang Hitam akan terbang pada Juni 2020.
Spesifikasi Teknis:
- Mesin: 4-Stroke Engine
- Take off power: 110-150 HP
- Propeller: 2
- MTOW: 1.115 kg
- Berat kosong: 575 kg
- Maks payload: 300 kg
- Kapsitas BBM: 420 kg
- Radius operasi: 250 km (LOS)
- Ketinggian jelajah: 3.000–5.000 m
- Ketinggian: 7.200 m
- Lama terbang: 30 jam
- Kecepatan jelajah maks: 235 km/jam
- Take off: 700 m
- Landing: 500 m
- Panjang: 8,30 m
- Rentang sayap: 16 m
- Tinggi: 1,02 m