Our Inhan, what we have achieved and future outlook and challange in general. Good reading
Menggapai Cita-cita Kemandirian Industri Pertahanan dalam Semangat 74 Tahun Kemerdekaan
Sabtu, 17 Agustus 2019 09:21
Penulis : Beny Adrian
Angkasa.news - Jika mau jujur, kemandirian industri pertahanan Indonesia memang belum mencapai harapan meski bukan samasekali tidak ada kemajuan.
Buktinya pembuatan senapan serbu, pistol, amunisi, ranpur, rantis, kapal perang, pesawat terbang masih berlangsung di sejumlah pabrik milik BUMN dan swasta. Bahkan Indonesa pun sudah mulai merebut teknologi di bidang pesawat tempur dan kapal selam. Titik terang sudah terlihat di ujung cakrawala.
Namun demikian, cita-cita untuk meraih kemandirian di bidang industri pertahananan (Inhan) guna memenuhi kebutuhan TNI dan Polri masih menghadapi sejumlah kendala. Komitmen pemerintah, industri, dan pengguna terkadang masih naik turun yang membuat kemajuan Inhan Indonesia tidak bisa secepat roket.
Menurut Marsdya (Pur) Eris Herryanto yang pernah menjadi Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (2010-2013), membangun industri pertahanan harus dilihat sejarahnya.
“Harus melihat sejarahnya agar paham kenapa kita harus membangun industri pertahahan,” ungkap Eris saat ditemui
angkasa.news di kantor Indonesia Asia Games Organizing Committee (INASGOC) dimana penerbang F-16 ini dipercaya sebagai Sekjen.
Eris pun bercerita panjang lebar sejarah lahirnya Undang-undang (UU) no. 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan.
Berawal dari bencana tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, saat itu Indonesia masih diembargo Amerika Serikat yang berlangsung sejak 1995. Dalam waktu sembilan tahun sampai saat itu, menjadikan kesiapan alutsista TNI turun drastis. Khususnya alutsista dari Barat.
“Saya ingat jumlah alutsista, saya di Srenum Wassrenum Panglima TNI saat itu. Harusnya TNI kalau ada bencana terdepan membantu, saat itu kesiapan
Hercules hanya satu dari 20-an. Kapal LST hanya dua,” kenang Eris.
Dalam kondisi kalut itu, Wapres Jusuf Kalla lalu memerintahkan untuk mencari pesawat C-130
Hercules bekas yang murah guna kepentingan bencana saat itu.
Tentu tidak mudah mencari
Hercules yang dikenal kuda beban andal. Sekalipun bekas. Sampai akhirnya bantuan jembatan udara mengalir dari sejumlah negara ke Aceh.
Setahun kemudian, 2005, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono datang ke Kemenhan untuk mengadakan
round table discussion. “Kita membicarakan situasi saat itu bahwa kita tidak bisa mandiri jika tidak menghidupkan industri pertahanan, tidak ada kemandirian. Itu poinnya,” ungkap Eris lagi.
Dari situ dibuat kesepakatan bagaimana membangun Inhan. Pasalnya sampai detik itu, Inhan Indonesia masih terpuruk imbas krisis moneter 98. Sehingga banyak proyek strategis tertunda bahkan batal yang meninggalkan utang. “Kondisi industri pertahanan berada di posisi terbawah,” kata Eris.
Barulah sejak 2007, Marsda Eris mendapat posisi strategi sebagai Dirjen Sarana Pertahanan Kemenhan hingga 2009. Salah satu
legacy yang diterimanya adalah membuat seminar nasional untuk membangun Inhan.
Saat digelar 2009, seminar ini menghasilkan kesepakatan untuk membuat buku putih Inhan. Di dalam buku putih itu disebutkan bahwa Inhan akan maju jika didukung oleh tiga pilar yaitu pengguna, pemerintah, dan Inhan itu sendiri.
Sebagai tindak lanjutnya, pemerintah mengeluarkan surat keputusan pembentukan KKIP (Komite Kebijakan Industri Pertahanan) dengan ketuanya langsung menteri pertahanan. KKIP bersidang sekali setiap tahun yang dipimpin langsung oleh presiden. “KKIP dibentuk untuk mengakomodir tiga pilar itu,” kata Eris.
Bersama komponen lainnya, KKIP mengawal pembuatan UU no. 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. Diingatkan Eris, UU ini diresmikan tak lama sebelum HUT TNI, Oktober 2012.
UU no. 16 inilah yang mengamanatkan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan TNI dan Polri dalam hal alat peralatan pertahanan keamanan.
Dengan bekal undang-undang ini, pembangunan Inhan sejatinya tinggal jalan. Namun demikian pembangunan Inhan masih harus memperhatikan tiga komponen yaitu Infrastruktur, Teknologi, dan Sumber Daya Manusia (SDM). “Kalau ketiganya dibangun maka Inhan akan maju.”
Penerbang aerobatik pesawat Pitts S-2C inipun menjabarkan secara detail.
Dari soal Infrastruktur jelas Indonesia masih kekurangan. Saat ini PAT PAL sedang dan akan membangun kapal selam. Pemerintah sudah membangun fasilitas hangar dan sebagainya dengan nilai Rp 1,5 triliun. Itupun masih diperlukan 30 persen lagi dari kebutuhan manufakur kapal selam.
Begitu pula PTDI yang akan membuat pesawat tempur IFX bersama Korea Selatan, sudah menyiapkan hangar produksi, membeli peralatan komposit, peralatan tester, laboratorium dan sebagainya.......
(Continue Reading from the link below)
https://angkasa.news/teknologi/deta...ertahanan-dalam-semangat-74-tahun-kemerdekaan