What's new

Indonesia Defence Forum

35mm CIWS Ordered for Indonesian Frigates
14 Agustus 2017

Rheinmetall has received an order for its Millenium Gun 35mm naval weapon system to outfit Indonesia's two new Sigma 10514 Perusak Kawal Rudal (PKR) light frigates.

Damen handed over the first frigate in February this year, with the second undergoing contractor sea trials at press time (late May). Delivery of this ship is planned for October 2017. The primary mission of the 105m, 2,365 tonne ships is anti-air, anti-surface and anti-submarine warfare. Secondary roles include maritime security, search and rescue and humanitarian support.

DTR believes four Millenium Gun systems are part of the Indonesian order. Each Sigma 10514 PKR frigate is allocated one Millenium Gun system installed forward of the bridge. The first Sigma 10514 PKR frigate was delivered without its Millenium Gun system, although the plinth mount is visible in photographs.

Able to fire Rheinmetall's Advanced Hit Efficiency And Destruction (AHEAD) programmable 35mm ammunition, a single Millenium Gun mount can operate as both CIWS and secondary armament on surface combatants of various sizes. Millenium Gun's Oerlikon revolver cannon fires at up to 1,000 rounds per minute. Using AHEAD ammunition natures, figures from Rheinmetall cite that a 25-round burst can achieve a kill a manned aircraft at 3,500m against guided missiles/cruise missiles at 2,000m and against a sea-skimming anti-ship missile at 1,500m. Keep out range against surface targets is approximately 4,000m.

The Indonesian Air Force already operates the Oerlikon 35mm revolver cannon as the effector elements of its land-based Skyshield very short-range air defence system. These system can be ground or truck-mounted.


NASAM??
nope SHIKRA radar
 
http://nasional.kompas.com/read/2017/08/10/06520081/sukhoi-rasa-kopi-

MENTERI Perdagangan Enggartiasto Lukita, dalam siaran pers tanggal 4 Agustus mengatakan, “Imbal dagang di bawah supervisi kedua pemerintah (Republik Indonesia dan Rusia) diharapkan dapat segera direalisasikan melalui pertukaran 11 pesawat terbang tempur Sukhoi SU-35 dengan sejumlah produk ekspor Indonesia mulai dari kopi dan teh hingga minyak kelapa sawit dan produk-produk industri strategis pertahanan.”
Baca: Indonesia Barter Kopi, Teh dan CPO dengan 11 Pesawat Sukhoi dari Rusia
Dengan penjelasan ini maka berakhirlah seluruh spekulasi yang beredar selama ini tentang pesawat apa gerangan yang akan dipilih sebagai generasi penerus pesawat F-5E tiger II, Light Fighter Aircraft buatan tahun 1970-an yang merupakan pengembangan dari pesawat latih T-38 Talon.
Di tahun 1970-an, sebagian besar sekolah penerbangan di Amerika menggunakan T-38 Talon sebagai pesawat latih pada fase "advance" atau tingkat lanjut.
Angkatan Udara Indonesia sebenarnya sudah cukup lama ancang-ancang untuk mencari pesawat tempur sebagai pengganti pesawat F-5E tiger II.
Konon, selain Su-35 yang sudah dipilih, ada beberapa jenis pesawat terbang tempur yang masuk dalam daftar pilihan tersebut, di antaranya adalah Eurofighter Typhoon buatan konsorsium beberapa pabrik pesawat di Eropa, Dassaults Rafale buatan Perancis, F-16 V Viper, dan SAAB JAS 39 Gripen produk Swedia.
Sukhoi-35 adalah pesawat fighter, single seat - twin engine yang "super manuverable multi role aircraft". Pesawat ini didesain oleh Sukhoi dan dibangun oleh KnAAPO (Komsomolosk on Amur Aircraft Production Association).
Untuk diketahui, pesawat Su-35 yang disebut NATO sebagai Flanker-E merupakan penyempurnaan dari produk sebelumnya yaitu pesawat Su-27.
Kemungkinan besar pilihan jatuh kepada Su-35, selain dapat diperoleh dengan cara "tukar-kopi", adalah karena Indonesia selama ini sudah cukup familiar dengan pesawat-pesawat Su-27SK dan Su-30 MK2 yang perbedaannya secara teknikal dengan Su-35 tidak terlalu jauh sebagai sebuah sistem senjata.
Kecepatan maksimal yang dapat dicapai oleh Su-35 adalah 1.563 mph atau lebih kurang 2.500 Kph. Pesawat ini dapat mencapai jarak sejauh 3.600 Km.
Sebagai produk berteknologi mutakhir pesawat Su-35 diterbangkan untuk pertamakali di bulan Mei tahun 1988.
Pesawat ini memiliki panjang badan hampir mencapai 22 meter dan kelebaran bentangan sayap sejauh 15,5 meter. Kecepatan rata-rata pada saat tebang jelajah adalah lebih kurang dari 1.400 Kph.
Proses pemilihan dalam perencanaan pengadaan pesawat terbang tempur memang tidaklah sederhana. Selain harga yang tidak murah, konsumen biasanya dihadapkan kepada pilihan-pilihan yang cukup banyak opsinya.
Dalam membeli pesawat, akan banyak pula faktor yang mengiringinya untuk dipertimbangkan masak-masak. Tidak hanya spesifikasi teknis yang berhubungan langsung dengan taktik dan teknik penggunaan pesawat sebagai sistem senjata, tapi juga ada sejumlah hal lain yang harus diperhitungkan dengan tuntas.
Sistem pemeliharaan pesawat akan berkait dengan pola penanganan mesin serta sistem lain yang berhubungan dengan peralatan avionic .
Belum lagi perabotan yang digunakan sebagai peralatan utama baik untuk menerbangkan pesawat maupun dalam konteks penggunaan persenjataan yang digunakan dalam sistem pesawat terbang.
Kalkulasi dari semua itu sebenarnya akan bermuara di status yang dikenal sebagai "combat readiness".
Nah, pada perhitungan yang langsung berhubungan dengan kesiapan tempur itulah, maka peranan dukungan administrasi dan logistik akan menjadi tulang punggung pada proses perencanaan kesiapan tempur.
Pada titik inilah maka kesiapan "spare-parts" pesawat dan peralatan pendukungnya yang terlihat "sepele" ternyata kemudian menjadi peran sentral juga pada target operasi yang menuntut kesiapan tinggi. Belum lagi dalam proses menyiapkan sumber daya manusia yang harus mengawakinya, terutama para pilot dan teknisi pesawat terbang.
Harapannya adalah dengan telah dipilihnya pesawat Su-35, maka pola pertahanan udara nasional dapat disempurnakan lebih baik lagi ke depan. Para pilot dan teknisi Angkatan Udara sudah membuktikan dirinya tangguh dan terampil dalam mengawaki pesawat terbang tempur berteknologi mutakhir.
Selamat datang Su-35, walau di luar sana banyak juga keluar selorohan yang mengatakan sebagai Sukhoi rasa kopi. Selorohan yang pasti tidaklah bermakna negatif tentunya, kecuali bagi mereka yang sudah kehilangan "sense of humor".
Penulis: Chappy Hakim
Editor: Heru Margianto

it should taste sweet......
 
r-han-450-lapan-e.jpg

FROM INDONESIA
RHAN 450, ROKET BALISTIK INDONESIA
14 AUGUST 2017 DIANEKO_LC 3 COMMENTS
Indonesia tengah gencar memproduksi berbagai macam alutsista demi mewujudkan kemandirian bangsa. Salah satu alutsista yang tengah dikembangkan adalah roket balistik jarak jauh.

RHAN 450, menjadi salah satu dari sekian jenis roket yang diproduksi anak bangsa yang terus dikembangkan kemampuannya.

Roket balistik ini tengah dikembangkan Balitbang Kementerian Pertahanan dan Konsorsium Roket Nasional, yang terdiri dari PT Dirgantara Indonesia (Persero), PT Dahana (Persero), PT Pindad (Persero) dan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.

RHAN 450 pertama kali menjalani uji statis pada 21 Agustus 2014 yang berlangsung di Lapangan Sonda LAPAN, Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

Saat masa pengujian awal, RHAN 450 ini bernama RX-450. Roket ini akhirnya pertama kali diluncurkan dalam masa uji coba pertama pada Mei 2015 dengan jarak jelajah saat itu mencapai 100 kilometer, dan sukses.

Namun seiring pengembangannya, Konsorsium Roket Nasional menggandeng Lapan dalam meningkatkan kemampuan RX-450.

Terakhir, roket ini kembali diuji coba pada Desember 2016. Dalam uji coba itu, jarak jelajah roket ini meningkat menjadi 150 km. Uji coba saat itu RX-450 sudah berubah nama menjadi RHAN 450.

Dengan perubahan nama ini, berarti roket balistik ini sudah siap memasuki tahap produksi. Dengan demikian, RHAN 450 akan melengkapi produksi roket Indonesia lainnya seperti RHAN 122 yang memiliki jarak jelajah 40-50 km.

Selain berperan sebagai roket balistik untuk kepentingan militer, basis RHAN 450 juga direncanakan sebagai bagian dari roket bertingkat yang akan digunakan sebagai Roket Pengorbit Satelit (RPS).

RHAN 450 dapat membawa payload seberat 50 kg – 100 kg, bisa diartikan payload sebagai hulu ledak bila roket ini difungsikan alutsista artileri medan.

RHAN 450 adalah tipe roket balistik dengan panjang total 6.110 mm, panjang motor 4.459 mm, berat total 1.500 kg, berat muatan 100 kg, gaya dorong 12895 kg, dan menggunakan bahan bakar propelan komposit.

Photo : R-HAN 450 (Lapan)

Sumber : Liputan6


150 km range rocket artileri is in development
 
^^ salah satu insider dari Lapan bilang ke saya tempo hari kalo TU-Berlin gak mau kasi pihak lapan teknologi pemandu buat pengembangan roket selanjutnya. jadi beberapa orang2 lapan yang di sekolahin lagi ke sana itu setiap hari isi yang mereka dapat teori dan teori, tapi gak di ajarin prakteknya. Kerja sama dengan TU-Berlin berakhir tahun ini, harapan saya sih gak usah di lanjutkan lagi, sama North Korea aja barter gabah 3 ton biar mereka gak kelaparan.
 
Indonesia shortlists BT-3F amphibious tracked vehicle from Russia for marines corps

tracked-apc.jpg

The BT-3F amphibious tracked armoured personnel carrier. Source: Nikolai Novichkov

Key Points

• Indonesia has shortlisted the Russian developed BT-3F amphibious tracked vehicle to replace its marines corps’ ageing BTR-50PKs
• Contract may see Indonesia become the first international customer of the BT-3F

A request by the Indonesian Marines (Korps Marinir – KORMAR) to formally withdraw from further acquisitions of the BTR-4 8x8 amphibious wheeled armoured personnel carriers (APCs) is close to being approved by the Indonesian government, and the service has singled out Russia’s BT-3F platform as a front runner replacement in the programme.

Sources from the Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Laut, or TNI-AL) told Jane’s on 14 August that as part of a due diligence process to select the replacement, KORMAR chief Major General Bambang Suswantono, and a delegation of senior officers from the service, will arrive in Russia in the week beginning 21 August to witness a demonstration of the BT-3F near Moscow.

Major Gen Bambang will also participate in the Army 2017 military-technical forum as part of his visit, and visit the premises of Concern Tractor Plants, the Russian heavy industry equipment developer that designed BT-3F. KORMAR is a service under the TNI-AL’s command structure.

The Indonesian House of Representatives’ commission on defence, intelligence, and foreign affairs (Komisi I) had previously approved a sum of USD95 million under the country's 2017 defence budget to replace the KORMAR's ageing BTR-50PK APCs with BTR-4s. This approval was granted in addition to the initial batch of five BTR-4 APCs ordered by the Indonesian Ministry of Defence (MoD) from Ukraine's defence industry holding group UkrOboronProm in February 2014.

http://www.janes.com/article/73078/...tracked-vehicle-from-russia-for-marines-corps
 
2 KCR-60 Sedang melakukan pemasangan system dan missile beneran

#gakkopong

@Imf

View attachment 418292



Manpad Balitbang Kemhan, kerjasama Pindad, Dahana dll. Masih ada problem di pendorong, propelan belum pas.

I got the spec from indomiliter (spec is subject to change since the manpads is still in development) :
IMG-20170813-WA0025.jpg

Length (missile/launcher) : 1596 mm / 1735 mm
Diameter (missile/launcher) : 80 mm / 106 mm
Weight : about 18 kg
Weight (missile/launcher) : 10,5 / 6,5 kg
Warhead : 1,82 kg
Speed : about 650 m/s (mach 1,9 or 2340 km/h)
Range : max 5 km
Altitude : about 3 km
IMG_0864.jpg
 
Indonesia`s anti-terror unit arrests two alleged terrorists
Senin, 14 Agustus 2017 19:24 WIB - 443 Views

Jakarta (ANTARA News) - The Indonesian polices anti-terror unit (Densus 88) has arrested two alleged terrorists identified by their initials as AG and GM in Slawi, Tegal District, in Central Java on Sunday.

"Yesterday, the police had arrested AG and GM in Slawi," a police spokesman Inspector General Setyo Wasisto remarked here, Monday.

Wasisto said the two suspects were allegedly involved in financing and facilitating another suspected terrorist to travel to Marawi, the Philippines.

"The suspects were linked to the funding to Marawi," he revealed.

Both GM and AG are the residents of Kudaile Village in Slawi. They were arrested at different locations in the city on Sunday.

The two suspects are still under investigation of Densus 88, and the police will have a week to collect evidence before it can name them as terror suspects.

The case is being investigated in accordance with Law No. 15 of 2003 on terrorism. (*)
Editor: Heru

COPYRIGHT © ANTARA 2017
 

Pakistan Defence Latest Posts

Back
Top Bottom